Semua Bab Terpikat Pesona Tuan Presdir: Bab 31 - Bab 40
57 Bab
Thirty-First
Remi mengendarai mobilnya di jalanan yang hanya muat dilalui oleh satu mobil dan minim pencahayaan. Mobil yang dia kendarai melaju dengan pelan. Remi memperhatikan rumah di kiri dan kanannya lalu melihat ke arah foto yang dia pegang di tangan kiri. Dia menyamakan rumah yang ada di foto dan yang berada di komplek. Beberapa hari lalu Remi baru mendapatkan informasi rumah dari ayah Sarah.Kaki Remi menginjak pedal rem begitu dia melihat rumah yang sama persis seperti di foto. Remi memarkirkan mobil tepat di depan rumah tersebut lalu ke luar dari mobil. Dia mengambil map cokelat berisi foto-foto William dan Sarah yang dengan susah payah didapatkannya. Tangan Remi terangkat mengetuk pintu rumah tersebut. Butuh waktu lima menit dan beberapa ketukan hingga pintu terbuka.Di balik pintu terdapat seorang pria yang memakai baju dongker kebesaran dan celana pendek hitam. Rambut pria tersebut gondrong. Wajahnya ditutupi oleh janggut dan kumis. Kening pria tersebut berkerut bin
Baca selengkapnya
Thirty-Second
“Aku keluar sebentar, ya,” ucap Sarah pada William yang tengah berkutat di depan laptop.Hanya mengenakan bikini putih, Sarah melangkah ke pantai. Dia melengkapi penampilannya dengan kemeja William yang tadi pagi dia kenakan saat menyaksikan matahari terbit. Kemeja tersebut Sarah ikatkan di pinggangnya untuk menutupi kaki bagian atasnya. Sarah berjalan menyusuri jalan setapak sembari berlari kecil. Sepanjang perjalanan, Sarah tidak melihat satu orang pun. Sejauh ini hanya lima orang yang Sarah lihat. Orang yang bertugas membersihkan vila, koki dan pelayan di restoran, dan sisanya yang sepintas Sarah lihat tengah membersihkan pulau kecil ini.Matahari sudah condong ke barat saat Sarah melepas sandalnya dan berlari menuju pinggir pantai. Dia terkikik begitu ombak menyapu pasir dan membasahi kakinya hingga selutut. Sarah berjalan ringan ke kanan sembari mengumpulkan kerang yang dia lihat. Kerang yang diambilnya memiliki berbagai macam bentuk, ukuran, dan warna. Saat o
Baca selengkapnya
Thirty-Third
William membaca beberapa dokumen yang diberikan Isa dengan teliti. Setengah dari dokumen tersebut William tempelkan stempel yang memuat namanya, sedangkan yang setengahnya lagi dia kembalikan pada Isa untuk direvisi. William melepaskan kacamata yang dipakai kemudian memijat pangkal hidungnya. Entah sudah berapa lama dia melihat tulisan, baik di kertas atau di layar komputer. Hal ini membuat kepalanya merasa pening.William bangkit dari kursi kerjanya dan berjalan menuju dispenser air. Dia mengisi gelas plastik yang berada di samping dispenser air tersebut. William menenggak habis air putih hanya dalam beberapa teguk lalu mengambil segelas lagi. Saat William meletakkan gelas kembali, pintu ruangannya diketuk tiga kali. Tanpa merasa curiga,  dia menyuruh orang yang mengetuk pintu untuk masuk.Bukan Isa yang datang, melainkan Jessica. Dibalut gaun hijau mint sepanjang lutut yang terbelah di kiri, memanjang hingga paha yang tidak ada lebam. Jessica menenteng dompet yan
Baca selengkapnya
Thirty-Fourth
Jam sudah menunjukkan pukul satu saat William tiba di depan rumahnya. Dia tidak langsung masuk ke dalam rumah, melainkan berdiri sebentar di samping mobilnya untuk menikmati angin malam dan menyegarkan diri. Karena meeting yang terlambat satu jam, William harus rela lembur untuk mengurus beberapa dokumen.William menelengkan lehernya ke kiri dan kanan untuk menggerakkan tulangnya yang terasa kaku. Tulang lehernya berderak saat dia melakukan hal itu. Dua detik kemudian barulah William melangkah menuju pintu rumahnya. Dia mengeluarkan kunci rumah dari dalam saku lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci. Suara seseorang tengah berbincang terdengar di telinga William meskipun kecil.Di ruang tamunya, William melihat Sarah yang disinari cahaya televisi sedang tertidur. Tubuhnya terbungkus di dalam selimut tebal. William meletakkan jas dan tas kantornya di arm chair sebelum melangkah mendekati Sarah. Dia memperhatikan wajah Sarah dalam diam lalu memutuskan untuk mematika
Baca selengkapnya
Thirty-Fifth
Sarah menggulir layar ponselnya yang menampilkan beberapa resep makanan. Sarah ingin mencari resep baru untuk makan malam hari ini. Butuh waktu sepuluh menit hingga Sarah dapat menemukan satu makanan yang menarik minatnya. Segera saja Sarah turun ke bawah menuju dapur. Baru saja Sarah mengikat tali celemek, William memanggilnya dari belakang.“Malam ini kita makan di luar aja,” ucap William yang sudah memakai kaus warna burgundi, ditemani kemeja dan celana panjang berwarna emas.“Mau makan di mana?” tanya Sarah kemudian.William mengangkat bahunya. “Ada saran?”Kening Sarah berkerut selagi memikirkan tempat makan apa yang cocok untuk malam ini. Sarah tiba-tiba teringat sebuah restoran Cina yang banyak dibicarakan orang beberapa minggu terakhir. Tiap kali Sarah pergi ke luar, selalu saja dia mendengar nama restoran tersebut dan ucapan yang mengatakan kalau restoran itu memiliki makanan yang enak. Sarah akhirnya mengusulkan restoran tersebut pada Wi
Baca selengkapnya
Thirty-Sixth
“Kamu nanti lembur?” tanya Sarah saat dia dan William tengah duduk di kitchen island sembari menyantap roti yang diisi campuran telur dan mayones.William menggeleng. “Belum tau, tergantung gimana kerjaan. Nanti aku kabarin.”Beberapa hari ini William sering kali lembur. Kadang lelaki itu lupa memberitahu Sarah dan membuat makan malam yang Sarah masak jadi terbuang. Sejujurnya Sarah merasa sedih, tetapi dia memaklumi, apalagi saat melihat wajah lelah William begitu pulang. William mengambil segelas air putih dan meminumnya hingga habis setelah selesai makan roti isinya. William lalu mengambil kunci mobil dan cepat-cepat berdiri.“Aku pergi dulu,” pamit William yang dibalas anggukan dengan Sarah.Selepas kepergian William, Sarah segera mengunci rumah lalu membereskan dapur dan kitchen island. Dia tidak sempat bersih-bersih karena William sudah terlebih dulu turun dan mengajaknya sarapan bersama. Sarah mulai mencuci manual alat-alat yang dia pakai u
Baca selengkapnya
Thirty-Seventh
Tangan William terulur untuk menyalami klien yang baru saja melakukan meeting dengannya. Banyak hal yang mereka bahas di pertemuan kali ini hingga sulit untuk menemukan jalan keluarnya. Namun, pada akhirnya, mereka menemukan satu cara yang bisa memuaskan ego masing-masing. Meeting tersebut menguras banyak tenaga William. Begitu tiba di ruang kerja dan duduk di kursi, William mengusap wajahnya kasar.William memperhatikan beberapa dokumen yang masih menumpuk di meja kerjanya. Pekerjaannya membaca dokumen itu sempat terhenti karena meeting. William mengambil ponsel yang sengaja dia letakkan di laci agar tidak mengganggu pertemuan pentingnya dengan klien. Layar ponselnya sudah menunjukkan angka sebelas. Empat jam sudah berlalu dan William lelah setengah mati. Setelah menimbang selama beberapa saat, William akhirnya memutuskan untuk membawa pulang dokumen-dokumen tersebut.Tidak ada pesan tambahan dari Sarah sejak terakhir kali William memberitahu pada Sarah kalau diri
Baca selengkapnya
Thirty-Eighth
Suara jepretan kamera dan lampu pemotretan yang menyinari tubuh sudah menjadi makanan Jessica sehari-hari. Jessica tengah mengiklankan pakaian terbaru dari perusahaan milik Remi. Gaun cokelat berlengan panjang yang mencapai pahanya itu dipadukan dengan sepatu bot cokelat. Jessica menekuk kakinya untuk mengambil posisi jongkok. Dia lalu mengangkat tangannya dan melihat ke arah sana.Beberapa jepretan dari berbagai sudut mengambil gambar Jessica. Saat mendengar asistennya berseru untuk istirahat sebentar, Jessica cepat-cepat berdiri. Dia berjalan menuju meja yang di atasnya ada sebotol air dingin dicampur irisan lemon. Lelah yang Jessica rasakan seperti langsung hilang begitu dia meneguk air tersebut. Jessica meletakkan botol dan beralih mengambil ponselnya saat merasakan dia sentuhan di pinggangnya.Sontak saja Jessica menoleh untuk melihat siapa pelakunya. Mata Jessica sedikit membesar saat dia melihat Remi yang memeluk pinggangnya. Ini bukan pertama kalinya Remi d
Baca selengkapnya
Thirty-Ninth
“Hati-hati,” ucap Sarah sembari tersenyum di depan pintu melihat kepergian William.Sarah melangkah maju untuk melihat mobil William yang makin hilang dari pandangan. Setelah Sarah memastikan William tidak akan kembali, dia cepat-cepat masuk ke dalam rumah dan memesan taksi melalui ponselnya. Sarah pun mengganti pakaiannya dari kaus dan celana pendek menjadi gaun berwarna cokelat yang lengannya panjang.Tas yang Sarah bawa diisi dengan dompet, ponsel, dan beberapa lembar uang. Saat Sarah membuka pintu, taksi yang dipesannya datang secara bersamaan. Sarah cepat-cepat naik ke dalam taksi dan menyebutkan alamat perusahaan milik Remi. Sepanjang perjalanan menuju kantor Remi, jantung Sarah berdetak dengan cepat. Antara merasa takut ketahuan oleh William dan rasa senang karena bisa bekerja di perusahaan besar.Sarah menarik napas dalam-dalam saat melihat jalanan yang dilalui penuh oleh kendaraan. Kepala Sarah akhirnya menyandar ke jendela sembari dirinya melihat
Baca selengkapnya
Fortieth
Sarah makin terbiasa dengan jepretan kamera yang dia terima setiap kali melakukan pemotretan di perusahaan Remi. Kali ini Sarah tengah melakukan pemotretan untuk produk sepatu yang baru saja dikeluarkan. Sepatu yang berwarna putih dengan garis abu-abu itu sangat cocok di kaki Sarah. Pemotretan kali ini terbilang mudah karena Sarah hanya perlu berdiri atau berpose ringan tanpa banyak gerak.Sudah sebulan lamanya Sarah melakukan pekerjaan ini dan hasil yang didapatkannya lumayan. Sarah biasanya melakukan pemotretan untuk produk dari pinggang ke bawah, seperti celana, gelang kaki, atau sepatu yang tengah dia kenakan. Uang yang Sarah dapatkan masih dia simpan di rak buku kamar lamanya. Seperti dugaan Sarah, William tidak pernah masuk ke sana dan uang itu tersimpan dengan aman.Dua hari lalu Sarah menghitung uangnya yang sudah cukup untuk dia berikan pada sang ayah. Sarah berharap dengan uang yang dia berikan, Alex tidak mengganggu hidupnya lagi, meskipun Sarah tahu har
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status