Terpikat Pesona Tuan Presdir

Terpikat Pesona Tuan Presdir

last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-02-13
โดย:  Raelioยังไม่จบ
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 การให้คะแนน. 2 ความคิดเห็น
57บท
870views
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

คำโปรย

William, seorang pria yang patah hati dan tidak percaya pada cinta sejati, membeli Sarah hanya untuk memuaskan nafsu biologisnya. Namun, ketika Sarah mulai mengandung anaknya, perasaan campur aduk William muncul. Ia harus memilih antara mempertahankan hubungan dengan Sarah, orang yang baru ia kenal, atau Jessica, cinta pertamanya yang belum bisa ia lupakan. Sementara itu, di sisi lain, Sarah awalnya hanya ingin kabur dari ayahnya yang sering bersikap kasar. Namun, ia justru terjerat dalam hubungan yang rumit dengan William. Sarah merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia merasa perasaan William terhadapnya tidak tulus, namun ia juga tidak ingin kehilangan William dan anak yang dikandungnya. Akankah mereka menemukan jalan keluar dari hubungan yang rumit ini?

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

First

“Barang selanjutnya yang akan kami lelang berhasil menggemparkan dunia perhiasan.” Sang pembawa acara mengeluarkan senyum misteriusnya lalu menyingkir dari tengah panggung.

Lima detik kemudian seorang wanita keluar dari sudut panggung dengan peti kaca berisi kalung dengan liontin berlian kuning besar. Rantai kalung itu dihiasi berlian putih yang lebih kecil. Siapa pun yang melihatnya bisa tahu kalau kalung ini akan mencapai harga fantastis. Sang pembawa acara kembali berjalan ke tengah panggung, menatap orang-orang yang sibuk mengagumi kalung itu. Dia berdeham.

“Saya akan membuka harga untuk kalung yang sangat cantik ini seharga 500 juta.”

Terdengar kasak-kusuk suara sebelum seorang wanita bergaun merah ketat dengan topeng yang juga berwarna merah mengangkat papan nomornta lalu berkata, “700 juta.”

Sang pembawa acara tersenyum. “700 juta satu, 700 juta dua, tujuh ra—“

“750 juta,” potong seorang pria botak berjas hitam dan kemeja putih.

Pembawa acara itu menepuk tangannya sekali. “750 juta. Ada yang ingin menawar harga lebih tinggi lagi?”

Terjadilah pertengkaran harga antara si wanita bergaun merah dan si pria berkepala botak. William memperhatikan mereka dalam diam. Tidak tertarik. Pikirannya melayang ke seseorang. Seorang perempuan yang berhasil merebut hatinya dan menghancurkannya dengan berkeping-keping. Kalau saja perempuan itu tidak memutuskan hubungan mereka, William pasti akan mengangkat papan nomornya dan menawarkan harga paling tinggi hingga tidak ada siapa pun yang bisa mengalahkannya. William dapat membayangkan bagaimana penampilan mantan kekasihnya ketika memakai kalung tersebut.

Mata William terpejam selagi bayangan sang mantan kekasih muncul. Saat helai demi helai pirangnya tertiup angin hingga berantakan. Senyumnya yang menampilkan deretan gigi putih dan rapi. Mata biru yang selalu menatap William penuh cinta, yang mungkin tidak akan pernah sama lagi. William membayangkan kalung itu bertengger manis di leher jenjang miliknya. Bagaimana kalung itu menyatu bersama rambut pirang miliknya. Indah. Bibir William terangkat sedikit kala membayangkan hal yang tidak akan pernah terjadi.

Lamunan William buyar saat ketukan palu terdengar. Pada akhirnya wanita bergaun merah yang memenangkan pertengkaran merebutkan kalung berlapiskan berlian itu dengan harga lima miliar. William bisa membelinya dengan harga sepuluh miliar. Seratus miliar pun sanggup aku beli.

Wanita yang tadi membawa keluar peti kaca itu kembali untuk menyimpan kalung hingga akhirnya sampai ke tangan si wanita bergaun merah. Sang pembawa acara mengoceh di tengah panggung. Tentang betapa menyenangkannya malam ini. Banyaknya barang-barang antik dan mewah. Namun, William tidak mendengarkan semua itu. Dia ingin acara ini segera berakhir dan pulang ke rumah. Harapannya tidak terkabul karena sang pembawa acara berkata kalau masih ada satu barang terakhir. Barang yang katanya dapat membuat mata semua orang yang ada di ruangan tertutup ini melotot.

Kali ini dua orang pria mendorong sesuatu yang ditutup oleh kain hitam dan diletakkan di tengah ruangan. Melihat peti kaca yang digunakan amat besar, William menebak kalau barang yang satu ini adalah patung. Pikirannya berkelana, sehebat apa sebuah patung hingga membuat semua orang melotot? Menurutnya, patung apa pun bentuknya tetaplah sama. Pajangan. Tidak bisa dibawa pergi ke mana pun. Tidak bisa dipamerkan setiap saat. Hanya benda mati besar yang diletakkan di tengah ruangan atau di taman dan terkadang menjadi menyeramkan saat malam hari. William tidak tertarik. Dia berniat untuk pergi sebelum acaranya selesai, tetapi niatnya hilang begitu kain hitam itu disingkap.

Sang pembawa acara benar. Semua mata orang yang ada di sana membulat dengan sempurna. Yang berada di dalam peti kaca tertutup kain itu bukanlah patung seperti yang William pikirkan sebelumnya. Di sana ada manusia. Manusia sungguhan. Perempuan. Dengan gaun hitam ketat yang menempel erat di tubuhnya, sepatu hak tinggi bertali yang juga berwarna hitam, dan sebuah kalung murahan yang melingkari lehernya. Rambut cokelat keemasan perempuan itu dikepang dan disampirkan ke bahu kanannya. Sebuah topeng kecil berwarna hitam bertengger manis di wajahnya. Semua orang tahu apa yang akan terjadi padanya saat berhasil terjual. Sang pembawa acara membuka harga sebesar 25 miliar untuk perempuan itu, yang berdiri tanpa berbicara apa pun.

“26 miliar,” ucap seorang pria yang memiliki janggut tebal di dagunya dengan topeng biru tua yang menutupi setengah wajahnya. William ikut menoleh ke belakang seperti yang lainnya.

William mengangkat papan nomornya lalu berkata, “30 miliar.” Dia lalu menoleh ke belakang kembali, bertatap mata dengan pria berjanggut itu.

“32 miliar.” Si pria berjanggut kembali mengucapkan harga, membuat William mengepalkan tangannya kuat.

“40 miliar.”

Kini si pria berjanggut yang mengepalkan tangannya. Dia menatap William tajam meski tidak tahu siapa orang di balik topeng itu. Pria berjanggut itu kembali mengangkat papan nomornya, mengucapkan nominal besar lainnya dan berharap William tidak bisa menandinginya. Namun, harapannya langsung pupus begitu William mengangkat papan nomornya lagi.

“100 miliar!” seru William. 

Dia yang awalnya tidak tertarik sama sekali pada acara lelang ini dan berpikir tidak akan mengeluarkan uang sedikit pun, justru menjadi orang yang paling banyak mengeluarkan uang. Tujuan awalnya hanya datang untuk memenuhi undangan. William sendiri tidak menyangka dia akan membeli seorang perempuan dari pasar lelang dan berebut dengan seorang pria yang tidak dia ketahui wajahnya.

Sebelum si pria berjanggut sempat memberi harga baru, sang pembawa acara terlebih dahulu mengetuk palu, menyebutkan nomor milik William, dan berkata selamat padanya. Seperti sebelumnya, dua pria itu datang ke panggung untuk membawa si perempuan yang sudah berhasil terjual kembali ke dalam. Nantinya William akan menemui sang pembawa acara lalu membawa pulang ‘barang’ yang dibelinya. Mata William terus menatap ke arah perempuan itu, bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan olehnya.

Selepas kepergian peti kaca besar itu, sang pembawa acara kembali bersuara. Mengatakan betapa malam ini sungguh luar biasa. Semua perkataannya diulang-ulang untuk mengulur waktu hingga membuat William tidak tahan dan memutuskan untuk pergi dari sana. William membuka pintu berukuran emas sedikit dan keluar. Segera dia menarik napas panjang. Rasa sesak di dadanya sedikit berkurang, tetapi tidak menyembuhkan. William memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar gedung ini hingga sebuah email pemberitahuan datang padanya.

Tampaknya William tidak butuh email pemberitahuan itu karena sekarang dia tengah melihat perempuan tadi. Perempuan yang dia beli dengan harga 100 miliar. William akhirnya memutuskan untuk mengikuti dua orang pria yang membawa perempuan itu hingga ke ruangan lainnya. Ruangan tempat menyimpan barang lelang. Kalung berlian kuning itu juga ada di sana, membuat bayangan sang mantan kekasih kembali datang.

“Saya ingin mengambil ba–perempuan itu.” William menunjuk si perempuan lalu menampilkan papan nomornya.

Dua pria tadi memanggil seseoran dari ruangan lain. Pria tua berambut putih tersenyum ramah begitu keluar dari sana. Dia menyodorkan secarik cek pada William yang langsung dia tulis dengan harga kesepakatan sebelumnya. Sang pria tua meminta dua pria sebelumnya untuk mengantarkan perempuan itu ke mobil William, tetapi William menolak.

Tangan kiri William terselip di pinggang perempuan itu ketika dia membawanya pergi dari gedung mewah itu. Menyusuri lorong sunyi yang hanya diisi oleh gema sepatu mereka berdua hingga tiba di parkiran yang penuh dengan lampu dan penjaga. Salah satu penjaga menghampiri William dan memberikan kunci mobil padanya yang diterima William tanpa mengucapkan satu kata pun. William membuka pintu mobil untuk perempuan itu. Sekilas mereka bertatapan dan William dapat melihat.

Tidak ada kehidupan di mata abu-abu milik perempuan itu.

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

ถึงผู้อ่าน

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ความคิดเห็น

user avatar
Nurlaila Abdulsyukur
Bagus author ceritanya, tetap semangat yaa
2023-12-06 01:04:31
1
default avatar
Nurlaila Abdulsyukur
Vibe barat banget thor, bagus ceritanya. Tetap semangat yaa
2023-12-06 01:03:15
0
57
First
“Barang selanjutnya yang akan kami lelang berhasil menggemparkan dunia perhiasan.” Sang pembawa acara mengeluarkan senyum misteriusnya lalu menyingkir dari tengah panggung.Lima detik kemudian seorang wanita keluar dari sudut panggung dengan peti kaca berisi kalung dengan liontin berlian kuning besar. Rantai kalung itu dihiasi berlian putih yang lebih kecil. Siapa pun yang melihatnya bisa tahu kalau kalung ini akan mencapai harga fantastis. Sang pembawa acara kembali berjalan ke tengah panggung, menatap orang-orang yang sibuk mengagumi kalung itu. Dia berdeham.“Saya akan membuka harga untuk kalung yang sangat cantik ini seharga 500 juta.”Terdengar kasak-kusuk suara sebelum seorang wanita bergaun merah ketat dengan topeng yang juga berwarna merah mengangkat papan nomornta lalu berkata, “700 juta.”Sang pembawa acara tersenyum. “700 juta satu, 700 juta dua, tujuh ra—““750 juta,” potong seorang pria botak berjas hitam dan kemeja putih.Pembawa acara itu menepuk tangannya sekali. “750
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-11-14
อ่านเพิ่มเติม
Second
Mobil William melaju dengan kecepatan sedang menembus jalanan yang tidak terlalu ramai kendaraan, mengingat waktu yang sebentar lagi tengah malam. Tidak ada percakapan apa pun selama perjalanan. Merasa sesak karena kesunyian yang menyelimuti, tangan William bergerak menuju head unit dan menyalakan musik. Setidaknya nyanyian seseorang yang William hanya tahu nama dan wajahnya cukup mengusir kesunyian. Sesekali William melirik pada perempuan di sebelahnya yang tengah menyandarkan kepala ke jendela. Matanya menatap kosong jalanan yang dilalui empat sampai lima mobil.Setir berbelok ke kiri, menjauh dari rumah besar milik William, menuju sebuah hotel yang tadi sempat William masukkan ke Maps. Tadinya William berencana untuk membawa perempuan itu ke rumahnya, tetapi dia berubah pikiran. Mengingat banyaknya kenangan bersama sang mantan kekasih di sana membuat William sering kali terbayang wajahnya. Dia tidak ingin membayangkan wajah itu, rambut pirang, atau mata biru milik seseorang yang pe
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-11-14
อ่านเพิ่มเติม
Third
Sarah tetap dalam posisinya ketika air pancuran di kamar mandi mulai menyala. Sarah takut kalau dia bergerak sedikit saja akan membuat masalah menjadi makin runyam. Detik-detik yang terlewati rasanya menjadi sangat suram dan lama, seperti sudah puluhan tahun terlewati. Tiga menit kemudian suara pancuran air berhenti dan tak lama pintu kamar mandi terbuka, menampilkan William yang terbalut jubah mandi berwarna putih dengan garis-garis biru tua tipis di sepanjang lengan. Saat mata milik Sarah bertemu dengan William, Sarah dengan cepat menundukkan kepala.William berjalan ke lemari dan mengambil satu dari lima piama yang ada di dalam sana lalu kembali ke dalam kamar mandi. Begitu keluar, tubuh William sudah terbalut sempurna oleh piama yang di sakunya terdapat nama hotel. Sarah masih dalam posisinya semula, tetapi dari sudut matanya dia dapat melihat William yang melangkah menuju bar.“Pergilah mandi,” ucap William sembari menuangkan cairan bening dari botol transparan ke gelas kecil.Aw
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-11-14
อ่านเพิ่มเติม
Fourth
Matahari belum menampakkan diri—hanya seberkas cahayanya yang mulai menyapa bumi— tetapi William sudah membuka mata. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah Sarah begitu dekat dengannya. Dua detik kemudian William merasakan tangannya kebas. Tangan yang ternyata menjadi alas tidur untuk kepala Sarah. William tidak ingat apa yang terjadi hingga Sarah berada di dalam pelukannya pagi ini. Dengan hati-hati William mengangkat kepala Sarah dan bangkit dari tempat tidur.Ponsel yang masih berada di saku jas menjadi benda pertama yang William ambil. Ada pesan dari sekretarisnya yang menginformasikan kalau hari ini William ada janji temu dengan klien. Dari ponsel, William beralih ke telepon hotel yang ada di atas coffee table untuk menyewa setelan jas. Tidak membutuhkan waktu lama hingga pramutamu membawakan barang yang diminta oleh William. Setelah mengecek setelan jas berwarna dongker tersebut, William beranjak menuju kamar mandi. Berdasarkan pesan yang dikirim oleh sekretarisnya, pukul semb
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-11-14
อ่านเพิ่มเติม
Fifth
Mobil William terparkir di depan sebuah restoran Italia. Kaki William melangkah melewati deretan meja dan kursi yang sengaja ditaruh di luar untuk orang-orang yang ingin makan di luar ruangan. Saat William mendorong pintu kaca berkusen cokelat tua hampir hitam, bel berbunyi. Mata William bergerak-gerak mencari wajah seseorang yang dikenalinya lalu berhenti begitu seorang perempuan yang rambutnya disanggul ke atas tengah melambai. Sekretarisnya. Segera William berjalan ke arah meja yang sudah terisi oleh tiga orang.William menyalami dua orang di sana dan meminta maaf atas keterlambatannya. Awalnya William ingin segera memulai diskusi mengenai kerja sama dirinya dengan sang klien, tetapi sekretarisnya memberi saran untuk memesan makanan pembuka lebih dahulu. Usulnya pun disetujui oleh dua orang lain yang ada di sana.William mengambil buku menu, memperhatikan makanan apa yang cocok untuk memulai harinya. Setelah satu menit menatap buku menu, William akhirnya memutuskan untuk memesan fo
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-11-14
อ่านเพิ่มเติม
Sixth
Kabut mimpi perlahan mulai pergi dari kepala Sarah. Dia meregangkan tubuhnya yang kaku setelah tidur beberapa jam dan menyadari di mana dirinya sekarang. Di ranjang, seperti sebelumnya saat dirinya terbangun pagi tadi. Kepala Sarah menoleh ke arah nakas dan melihat angka lima di jam digital. Karena masih merasa mengantuk, Sarah menarik selimut dan kembali memejamkan matanya.“Kamu gak punya kasur di rumah?”Sontak mata Sarah kembali terbuka saat mendengar sebuah suara lain di kamar. Segera Sarah mendudukkan dirinya dan melihat William yang tengah bersandar di meja bar. Tangannya memegang gelas kecil berisi cairan bening. William tak lagi mengenakan pakaian formal seperti tadi pagi, melainkan sweatshirt berwarna hitam dan celana panjang berwarna abu-abu.William meminum alkoholnya, matanya tetap mengarah pada Sarah. Menatap setiap inci tubuh Sarah. Rambutnya yang berantakan khas baru bangun tidur. Matanya yang jelalatan, yang dari jarak lumayan jauh pun William dapat melihat kegelisah
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-12-02
อ่านเพิ่มเติม
Seventh
Sarah mengeringkan rambutnya dengan handuk sehabis mandi. Semalam William memberikan sampo dan sabun miliknya untuk Sarah pakai sementara karena belum sempat berbelanja. William juga meminjamkan piama miliknya yang kebesaran di tubuh Sarah. Tadi saat mandi, Sarah kembali teringat sang ayah. Beberapa pertanyaan hadir di benaknya saat mengingat sosok yang kerap kali menyakiti dirinya. Bagaimana kabar sang ayah? Apa dia bertanya-tanya ke mana perginya Sarah? Apa dia khawatir karena Sarah tidak pulang-pulang? Apa mungkin dia justru senang karena Sarah tidak ada?. Apa pun itu, Sarah tidak menemukan jawabannya. Tidak sekarang, atau mungkin, tidak selamanya. Setelah rambutnya sudah lembap, tidak basah seperti sebelumnya, Sarah memutuskan untuk keluar, hanya berbalut handuk. Jantung Sarah rasanya seperti berhenti berdetak saat melihat William berada di kamarnya, sedang duduk di atas ranjang, dan lagi-lagi, s
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-12-02
อ่านเพิ่มเติม
Eighth
Jessica berjalan dengan gontai menuju lift. Matanya sedikit terpejam karena kelelahan. Kegiatan pemotretannya baru saja selesai. Beberapa hari ini jadwal Jessica memang lebih padat dari sebelumnya. Butuh waktu dua menit untuk menunggu lift datang ke lantai basement. Tidak ada orang di lift dan Jessica bersyukur akan hal itu. Dia menekan tombol sebelas, tempat penthouse-nya berada. Jessica menyenderkan tubuhnya ke dinding lift dan memejamkan mata. Terbayang bathub air hangat yang penuh dengan busa yang akan menjadi tempat pelepasan rasa penat Jessica. Jessica berpikir apa yang akan dia lakukan nanti sebelum pergi tidur, mengingat besok jadwalnya kosong untuk satu hari. Lift berdenting membuat mata Jessica terbuka sempurna. Pintu lift terbuka, menampilkan jendela dengan pot kaktus sebagai pemanis. Jessica melangkah keluar, sudah tidak terlalu gontai dari sebelumnya. Kaki Jess
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-12-03
อ่านเพิ่มเติม
Ninth
Mobil silver William terparkir rapi di sebelah mobil hitamnya. William tidak langsung mematikan mesin, dia duduk di kursi pengemudi dan menyenderkan tubuhnya ke senderan jok terlebih dahulu. Matanya terpejam dan napasnya berembus lelah. William memijat pangkal hidungnya, berharap pusingnya dapat sedikit hilang. Ada satu masalah rumit di kantor tadi yang menguras energi William. Pemilik butik yang juga adalah seorang manajer tempo hari tidak terima dengan keputusan sepihak William. Dia mendatangi kantor pria bersurai cokelat itu dan menolak ganti rugi, bahkan mengancam untuk membawa perkara ini ke jalur hukum. William tetap kekeh memutus kontrak dengan butik itu. Bukan hanya karena Sarah saja, tetapi William berpikir, kalau Sarah sudah menjadi korban, pasti lebih banyak korban lainnya. Pada akhirnya William yang memenangkan perdebatan itu dengan alasan yang sama yang dia berikan pada Sarah waktu perempuan itu bertanya, tetapi Wil
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-12-03
อ่านเพิ่มเติม
Tenth
Remi menatap ruangan tempat dia mengadakan pesta topeng untuk merayakan lima tahun berdirinya perusahaan miliknya. Lampu kristal besar di tengah ruangan berkilauan dengan megah, ditemani lampu-lampu kecil yang menggantung dari satu lampu ke yang lain layaknya tirai. Meja-meja bundar yang dipenuhi dengan gelas berisi champagne dan kudapan. Beberapa sofa terdapat di setiap sudut ruangan. Ada panggung kecil yang digunakan para musisi untuk memainkan musik saat berdansa nanti. Selebihnya ruangan itu dibiarkan kosong dari barang, menjadi tempat untuk berdansa. Remi mengundang semua koleganya, termasuk William yang mengajak Sarah. William memberikan undangan pada penjaga pintu lalu masuk ke dalam, diikuti Sarah yang mengalungkan tangannya di lengan William. Sarah begitu terpukau dengan dekorasi ruang dansa ini, begitu pula dengan orang-orang yang hadir. Gaun mereka terlihat amat mewah di mata Sarah, membuat dirinya langsung m
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-12-04
อ่านเพิ่มเติม
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status