19. Sebuah Rencana
“Mencari tahu? Apa nggak berlebihan ini namanya, Nit?” sahut Hanum balas bertanya.Anita tersenyum seraya berkata, “Memang berlebihan sih, Num. Apalagi Larasati kan seorang selebriti. Kalau ada apa-apa pasti langsung jadi konsumsi publik. Em, maaf, kalau bener Andi terlibat dengan dia, posisi kita ada di atas angin karena mereka yang salah. Tapi, kalau nggak ada hubungan apa-apa, dia pasti akan menuntut kita.”“Nah, itu yang membuat aku ragu, Nit,” cetus Hanum dengan helaan napas panjang. Tampak jelas kalau hati wanita itu sangat gundah gulana.Anita terdiam beberapa saat. Dia mengerutkan keningnya, berpikir jalan terbaik untuk membantu sahabatnya itu. Tak lama, wajah Anita tampak berseri-seri. Jari tengah dan jempol dia adu hingga menimbulkan bunyi. Dia sepertinya mendapat sebuah ide cemerlang.“Aku ada ide ini, Num,” ucap Anita dengan sorot mata berbinar.“Ide apa?” tanya Hanum antusias.“Kita lupakan dulu si Larasati ini. Kita fokus dulu ke temannya si Rafi. Bisa jadi kan kalung it
Read more