Lahat ng Kabanata ng Kembalinya sang Dewa Perang: Kabanata 1191 - Kabanata 1200

BAAM!Aura Lucas meledak seperti badai. Udara bergetar, tanah berderak.Nathan berdiri tegak di tengah pelataran, tubuhnya seolah menyatu dengan bayangan yang merayap di bawah sinar bulan yang tertutup awan. Tatapannya tajam menembus sosok pria berpakaian gelap di hadapannya.Dengan suara yang tenang namun mengandung ejekan dingin, Nathan berkata. "Kalau satu lawan satu saja kau belum tentu jadi lawan yang sepadan bagiku. Apalagi, bila kau mengandalkan anak buahmu.”Suara Nathan tajam dan menghantam seperti pisau di udara. Lucas menyipitkan mata. “Begitu yakin, ya?” gumam Lucas, lalu mengangkat tangannya perlahan. “Kalian semua mundur. Tanpa perintahku, tak seorang pun bergerak.”Pasukan hitam yang berdiri di belakangnya, para pembunuh pribadi keluarga Winaya, langsung menunduk dan mundur, langkah mereka seirama seperti badai yang perlahan ditarik kembali.Nathan menoleh cepat ke arah Sheerena, yang berdiri bersama Sheena dan murid-murid Sekte Bloody lainnya. “Sheerena, bawa mereka ma

Nathan, dengan napas tersengal, berdiri. Luka-luka di tubuhnya sudah terlalu banyak untuk dihitung, tapi cahaya dari batu mata naga dalam tubuhnya kembali menyala. Seekor naga emas menjulang di atas kepalanya, melingkari tubuhnya dengan sinar suci yang samar, seperti pelindung terakhir seorang prajurit di ambang ajal.Nathan tahu, jika dia jatuh kali ini, tak ada yang akan menghentikan Lucas.Lucas tidak memberi waktu. Kedua tinjunya berubah menjadi pusaran angin merah tua, seperti dua badai yang ingin melahap segalanya.Nathan membalas, Tinju Peledak disalurkan penuh. Ia menerjang ke depan tanpa ragu.BAANNGG!Langit kembali berguncang, tanah meledak, debu dan aura spiritual mengamuk ke segala arah. Getaran ledakan terasa hingga ratusan meter jauhnya.Sheerena dan yang lainnya menahan tekanan besar dari kejauhan, wajah mereka pucat saat melihat pemandangan mengerikan itu.Ketika asap mereda, sebuah kawah besar terbentuk di tanah. Di tengah kawah itu, Nathan terkapar. Tubuhnya dilumur

“Tidak… Tidak mungkin! Kak Nathan tidak mungkin mati!”Sheena terisak, kedua tangannya gemetar saat ia mengguncang tubuh Nathan yang terbaring kaku. “Kak Nathan, bangun… Bangun, kumohon…”Namun sepasang mata itu tetap tertutup. Tubuh Nathan tidak menunjukkan sedikit pun tanda kehidupan.Di belakangnya, Sheerena menggigit bibir hingga berdarah. Matanya berkaca-kaca, tapi ia menahan tangis itu. Sebagai pemimpin, dia harus kuat. Di hadapan para anggota Sekte Bloody, dia tidak boleh runtuh seperti Sheena.“Pengawal… bawa Tuan Nathan ke dalam!” Suaranya dingin, namun penuh tekanan emosi.Nathan dibaringkan di kediaman Sheerena.Ruangan dikosongkan dan Sheerena sendiri yang menjaga. Ia memberikan pil penenang kepada Sheena, lalu menatap tubuh Nathan yang penuh luka dengan hati teriris. Tangannya gemetar saat ia mengisi air ke baskom, lalu mulai menyeka tubuh Nathan pelan-pelan.“Aku tidak akan membiarkanmu pergi dalam keadaan seperti ini,” bisik Sheerena, suaranya nyaris tak terdengar di b

KRAAK!Satu kilat lagi mengoyak langit, menghantam Nathan yang duduk bersila di bawah awan kelam. Petir itu bukan sekadar kilat, itu adalah palu surgawi, penuh dengan kekuatan langit dan bumi. Energinya begitu besar hingga Sheerena terlempar ke belakang, terhempas ke dinding.“Cepat! Masuk ke kamar!” Teriakan Nathan menggema seperti raungan guntur itu sendiri.Sheerena, walau bingung dan gemetar, patuh, berlari masuk ke dalam kamar menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri tubuh Nathan disambar tanpa ampun.Kulit Nathan menghitam. Asap mengepul dari tubuhnya. Luka terbuka, daging mengelupas. Namun dia tidak roboh.Karena di dalam tubuhnya, tahap Surga memancarkan cahaya keemasan yang semakin terang. Lapisan hitam yang menyelimuti tubuhnya retak dan rontok. Kulit baru mulai muncul, putih bersinar seperti giok murni. Darah mengalir lalu menguap, digantikan cahaya hidup yang memancar dari dalam.Sheerena menatap dari celah pintu. Matanya membelalak. Tubuh Nathan kini bersinar, berdiri p

Kepolisian Kota Moniyan. Di dalam ruang utamanya yang tenang namun penuh tekanan, Ryujin duduk di kursi utama dengan wajah kelam.Di sampingnya berdiri Milan dan beberapa tetinggi kepolisian. Suasana di dalam ruangan terasa amat mencekam. Udara seakan menebal karena tekanan dari tatapan kosong Ryujin.“Tidak mungkin, Nathan tidak seharusnya mati semudah ini. Aku tidak mungkin salah menilai dia,” gumam Ryujin lirih.Milan melangkah maju dan membuka forum bela diri, menampilkan beberapa foto yang disebarkan oleh Lucas sendiri. Foto-foto itu menggambarkan Nathan dalam kondisi yang mengenaskan. Tubuh hangus, darah mengering, wajah nyaris tak dikenali.“Lucas yang menyebarkannya sendiri. Dengan kekuatan dia sebagai Villain senior, rasanya Tuan Nathan memang belum bisa mengalahkannya,” ucap Milan hati-hati.Ryujin menatap foto-foto itu.Lama~Sesuatu dalam dirinya tidak percaya. Dia menoleh ke arah salah satu tetinggi kepolisian—Paul. “Apa yang kamu temukan akhir-akhir ini?”Paul menjawab