All Chapters of Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa: Chapter 11 - Chapter 20
149 Chapters
bab 11
"BRAK!!!" Seseorang terlempar keluar dari penginapan. Hampir saja mengenai Rama dan Jaya yang akan masuk ke penginapan. Untungnya Jaya yang memang menguasai bela diri langsung menahan tubuh Rama ke belakang. Padahal Rama modern juga lebih peka, meskipun ia hanya mengikuti silat sampai sabuk hijau. "Uhuk!" Pak Petra yang terlempar itu mengeluarkan darah, meskipun tidak banyak namun tubuhnya mengalami luka dalam. Semua orang memandang tanpa berbuat apapun, lalu Rama juga melihat pak Wijaya dan pak Suli di dalam tanpa berbuat apapun. 'Apa yang sebenarnya terjadi? '"Bush!" Surya seorang bangsawan, menyiram petra dengan semangkok sup sayur."Coba kau rasakan, apakah masakanmu ini layak untuk aku makan?!" Katanya lagi dengan sebelah kaki yang kini berada di dada pak Petra. "Uhuk!! Maa... Maafkan aku Tuan Muda Surya!! Aku mohon... Beri aku kesempatan.""Duk!!" Pak Petra langsung berlutut ketika Surya melepaskan kakinya di dada pak Petra. "Waktumu hanya sampai besok!" Katanya kemudian be
Read more
bab 12
"Baiklah, besok pagi ketika urusanku sudah selesai. Aku akan memberikan beberapa resep masakan pada paman." Kata Rama berjanji pada pak Petra. ketika urusannya dengan pak Andik selesai, maka Rama akan memberikan beberapa resep tambahan untuk menu di penginapan Melati. Jadi, di sinilah ia sekarang. Di rumah pak Andik Pratama. Setelah berkeliling akhirnya mereka menemukan rumah pak Andik. Rumah bata yang terbuat sangat mewah, dikelilingi pagar tinggi. Ketika masuk mereka juga disuguhi dengan taman bunga yang indah, ada kolam ikan dengan jembatan kayu yang menghubungkan kerumah utama. Pak Andik menyambut mereka dengan ramah, dan lebih ramah lagi ketika melihat hasil panen cabai yang sangat bagus. "Jadi berapa harga cabai yang akan paman beli perkilonya?" Tanya Rama. "4 logam emas!!!" Seru pak Andik. Mendengar harga yang sangat mahal itu pak Wijaya, pak Suli dan Jaya langsung terperangah. Menatap Rama tak percaya. "Baiklah paman, tapi aku ingin memberikan hadiah untukmu. Bisakah kit
Read more
bab 13
"Tuan...."Rupanya Rianty menunggu Rama di depan penginapan. Ketika Rama turun dari kereta kuda, ia langsung mencegatnya dengan tangan di pinggang dan wajah cantik yang cemberut. Rama tersenyum ramah, seperti suami yang dicegat istri karna pulang terlambat. "Wah kau semangat sekali nona muda..." Goda Jaya. Hari ini Rianty terlihat cantik dengan rambut yang dikepang satu kebelakang. "Tuan, lebih cepat lebih baik untuk kau buktikan kemampuan memasakmu.""Baiklah... Tapi apa boleh aku kekamarku dulu untuk mengambil persiapan?" Kata Rama, padahal ia hanya ingin tempat aman untuk diam-diam membeli bumbu di onshop. "Baik... Jangan berpikir untuk kabur ya Tuan Muda!!" Ancam Rianty. "Hei mana mungkin kami kabur!!" Tegas Jaya, sementara Jaya dan Rianty berdebat, Rama naik ke lantai 2 , kekamar ia dan Jaya. Sesampainya dikamar, Rama membuka onshop dan membeli beberapa bumbu ikan bakar, madu, kaldu ayam, garam, veksin, dan bumbu saji bihun goreng. Tidak lupa tepung kriyuk serbaguna dan miny
Read more
bab 14
Plak! Sebuah tamparan mengenai pipi Surya, Antoni bangsawan dari klan Jagatraya yang digadang-gadang sebagai penerus, melayangkan tamparan itu. Matanya memerah karna marah, bahkan ia ingin menghajar Surya hingga babak belur. Jika saja Surya bukan bagian dari klan, itu bisa saja terjadi. Namun Antoni masih menahan amarahnya. "Kau, ku beri misi untuk mendapatkan toko itu bagaimanapun caranya!!Tapi yang kudengar kau malah memberikan tips pada makanannya!!! Dimana otakmu?!!" Kata Antoni dengan tangan dikepal. Surya memegangi pipinya yang memerah, ia menahan malu saat ini. Namun ia tak bisa melawan karna Antoni mempunyai temperamen yang tidak bisa ditahan. "Kakak tertua, aku khilaf karna rasa masakan itu. Aku benar-benar minta maaf!!" Ucap Surya sembari berlutut."Rasanya belum pernah aku rasakan, aku seperti tersihir!!" Kata Surya beralasan. "Cih!!!" Itu hanya penginapan biasa, bahkan yang datang kesana bukanlah para bangsawan. Penginapan itu hanya memiliki nilai jual karna letaknya!
Read more
bab 15
Selama di perjalanan dalam kereta kuda, Rama melapisi pantatnya dengan bantal tambahan yang membuatnya merasa nyaman. Kini ia berancana menjenguk Alan dan adik-adiknya sebelum kembali ke Mekarsari. Tak cukup waktu lama Rama menemukan mereka sedang makan lahap dengan roti dan selay yang Rama tinggalkan. Bahkan sepertinya Alan juga mengambil beberapa sayuran liar untuk membuat sup. Sepertinya kekhawatiran Rama memudar, melihat Alan yang cekatan dan bertanggung jawab dalam menjaga adik-adiknya. "Paman...""Panggil aku abang..."perintah Rama ketika mereka mulai memanggilnya kembali dengan sebutan paman. Rama sedikit canggung dengan panggilan tersebut. Ia merasa belum terlalu tua. "Abang Rama..."kata Alan dengan senyum canggungnya. Santi mulai sembuh, bahkan nafsu makannya sangat besar sekarang." Jelas Alan. "Abang Rama, Terima kasih sudah merawatku..." Santi memeluk kaki Rama. Ia masih terlihat memakai masker yang diberikan Rama, dan sepertinya masker itu sudah dicuci beberapa kali. Ra
Read more
bab 16
"Beraninya kamu menghina keluarga kerajaan!!" Jaya akan maju menghajar pak Arya, namun Rama kembali menahannya. Saat ini jika Jaya menghajar Pak Arya, ia hanya akan menimbulkan masalah baru. Terlebih Rama tidak ingin pak Arya merasa lebih sombong ketika yakin keluarga Adipati memang dibuang. "Paman... Kami kesini ingin membayar upeti, bebaskan keluarga kami!"Mendengar kata-kata Rama mata Arya kembali dipenuhi rasa tamak akan kekayaan. "Aku tidak akan menerima kurang dari 25%!! Jika kalian memberikan kurang dari itu maka keluarga kalian akan aku tahan!!""Kami menjual 40kg cabai dikali dengan 1 logam emas, sama dengan 40 logam emas, jika 25% untuk paman, maka kami membayar 10 logam emas untuk paman. Masing-masing dari kami akan membayar 5 logam emas." Kata Rama kemudian menyerahkan 5 logam emas,disusul pak Suli yang juga memberikan 5 logam emas kepada pak Arya. Untung saja ia mendengarkan nasehat Rama untuk menukar 1 batang emas dengan beberapa logam emas dan perak. Pak Arya menata
Read more
bab 17
Rama tersenyum puas, ternyata begitu mudah mempengaruhi orang-orang di masa ini, terutama yang tamak.Pemuda itu kini berbisik kepada pak Arya, membuat mata pak Arya berbinar. Kemudian ia mengangguk.Para pengawal yang memperhatikan dari kejauhan menatap bingung. Mereka melihat Rama mengeluarkan suatu kotak kayu dan memberikannya pada pak Arya."Apa itu?"***Di sisi lain, Pak Andik berlari tergopoh-gopoh ke arah gerbang rumahnya diikuti para pegawainya, pak Andi seorang Menteri Perdagangan datang berkunjung ke rumahnya. "Terima hormat Tuan Besar!" Pak Andik menangkupkan tangannya. "Langsung saja, ada hal penting yang ingin aku bicarakan!" Kata pak Andi. Pak Andik langsung mengangguk paham dan mengajak pak Andi ke ruang pertemuannya. Sesampainya di sana sudah ada beberapa hidangan, secara khusus pak Andik juga meletakkan bubuk cabai original dan rumput laut di atas meja. Baunya tercium sangat kuat, membuat pak Andi langsung memperhatikan kotak itu. "Aku membutuhkan bantuanmu, 1
Read more
bab 18
"Tuan Muda Rama..." Pak Arya datang dengan senyuman di wajahnya. Dan memamerkan cincin giok hijau di jarinya. Tadi malam Rama memberikan 1 kotak suplemen, 1 buah sabun batangan dan 1 cincin bermatakan giok hijau. Di zaman ini tak banyak pejabat yang mampu memiliki cincin bermatakan giok hijau, bahkan ukiran cincin ini begitu indah dan elegan. Membuat siapapun yang melihatnya akan terpukau. Jelas cincin yang Rama hadiahkan adalah cincin yang ia beli dari onshop, Rama hanya melihat pak Arya ini orang yang suka memperhatikan penampilannya, jadi memberi hadiah berupa cincin. Rama bahkan tak pernah menyangka kalau pak Arya menyukai hadiah yang Rama berikan."Pak Arya...""Saya dengar Tuan Muda Rama mencari orang untuk membuat tambahan kamar?"'Lihatlah, bahkan hadiah bisa membuat sikap orang menjadi ramah dalam semalam!' Batin Rama."Benar, apa paman punya kenalan?""Hahaha....aku adalah kepala desa, aku tau warga yang bisa membantumu Tuan Muda." Lanjutnya lagi. "Baiklah...bisa paman a
Read more
bab 19
Maslianur tertidur setelah meminum obat. Rama memintanya untuk tetap tinggal hingga keadaannya pulih, namun Maslianur mengkhawatirkan keadaan adiknya. Anisa sendirian di rumah dalam keadaan sakit, Maslianur harus segera pulang. Tapi ia tak berdaya, obat yang ia minum membuatnya merasa tidak bisa menahan kantuk. Mungkin ia akan tidur sebentar, setelah itu ia harus kembali. 10 kotak boncabai dan 2 kotak "hadiah" sudah Rama siapkan menjadi 1 di dalam kain. Mudah buat utusan pak Andik membawanya saat itu juga.Pak bima dan ibu Sri datang, mereka menginfokan jika Santi sudah berangsur sembuh. Bahkan memuji Alan dan adik-adiknya yang membantu pekerjaan di rumah pak Wijaya. Mereka anak-anak yang tau budi. "Loh nduk...gambar apa ini?"tanya ibu Sri. "Desain gambar kamar bu," jelas Jaya."Oiya pak, tanah rumah kita ini batasnya darimana sampai mana?" tanya Rama.Pak Bima kemudian keluar rumah diikuti Rama dan Jaya. Kemudian menunjuk dari ujung kiri ke ujung kanan. Tanah mereka tidak termasuk
Read more
bab 20
"To...tolong jangan hancurkan pondok kami!"Para prajurit kerajaan mulai menghancurkan beberapa kemah. Mereka juga sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Namun, ini adalah perintah dari Kerajaan. Utusan timur akan datang sebagai perwakilan perdamaian antara bangsa Barbar dan kerajaan Bamaraya, dan pihak kerajaan tidak ingin kawasan Mekaragung yang menjadi tempat pertemuan, dianggap sebagai salah satu ibu kota provinsi yang kumuh."Tidaaak!!""Jangan!!""Dasar prajurit kejam! biadab!""Kami akan tinggal dimana? Huhuhu...""Pondokku...""Huhuhu..."Suara tangis dan teriakan ada dimana-mana, kini kemah mereka terbakar oleh api. Bahkan jika mereka melawanpun, mereka hanya akan babak belur. Seperti para pemuda yang mencoba melawan, namun pada akhirnya hanya mengalami kekalahan. Para prajurit itu memiliki tubuh yang bugar, sedangkan mereka hanya warga miskin yang bahkan tidak memiliki tenaga. Bagaimana bisa melawan prajurit?! Pandu menangis meratapi kemah mereka yang terbakar, ia merasa mun
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status