บททั้งหมดของ Pendekar Tanpa Wajah: บทที่ 601 - บทที่ 610

“Jebakan?” gumam Yao Chen.Tapi Yao Chen tak berhenti. Nafasnya kasar, darah masih menetes dari pelipis dan luka di perutnya. Namun kakinya terus melangkah, wajahnya keras seperti baja.“Kalaupun itu jebakan …” teriaknya sambil menoleh ke Sima Honglian, “AKU TIDAK PEDULI!”Sima Honglian termangu akan seruan tegas suaminya.“Ayahku masih ada di dalam sana. Kalau itu sebuah perangkap … maka aku tetap akan masuk!”Lalu dia melompat dan masuk ke dalam markas iblis, membelah kabut hitam pekat yang menyelubungi bangunan itu.Sima Honglian mengepalkan tangan, matanya berkaca-kaca.“Chen … kau benar-benar luar biasa.” Dia tersenyum, memaklumi keteguhan suaminya.Guru Besar Tianji berdiri di belakangnya, diam.Sementara di dalam bangunan gelap dan sunyi, Yao Chen melangkah, sendirian, luka-luka, namun matanya menyala dengan satu tujuan: menemukan dan menyelamatkan Ayahnya — atau mati dalam usahanya.Sima Honglian mematung di udara, menyaksikan bayangan Yao Chen lenyap ke dalam markas iblis. Me

“Chen’er … Luo’er ….”Gongsun Huojun membuka matanya perlahan. Air mata menggantung di ujung matanya ketika melihat cahaya merah-emas meledak dari bawah sana, disertai suara menggelegar dan raungan iblis yang menggelegar.“Anak-anakku … bahkan yang dulu paling membencinya, rela berkorban demi saudaranya .…”Suara Gongsun Huojun bergetar penuh rasa haru akan tindakan Gongsun Yiluo. Tadinya ketika dia melihat putra keempatnya mengikuti jejak kakaknya yang merelakan tubuhnya dikuasai ilmu iblis, dia sempat mengutuk dan memaki Gongsun Yiluo. Siapa sangka pemuda itu memiliki tujuan tersendiri. Ingin menyelamatkan dia.Ada senyum terukir di wajahnya yang berangsur menua dan dipenuhi keriput, menandakan energi kehidupannya mulai surut dengan deras.“Dan Hang’er …” Dia menatap ke bawah, wajahnya muram. “Kau … anakku yang dulu paling cerah paling bersinar … sekarang seperti ini .…”Sementara itu, di tengah kehancuran aula iblis, Gongsun Yihang terengah-engah. Tubuh iblisnya mulai retak, sayap

“Apa?”Tubuh Yao Chen yang sekarat masih terseret perlahan di antara celah ruang angkasa yang telah dia robek. Setengah jalan menuju dimensi asalnya. Sedangkan cahaya dari dunia manusia sudah terlihat samar di ujung celah, seperti fajar di balik tirai hitam.Namun—“Kau pikir bisa bebas datang dan pergi seenakmu?”Suara itu datang bagaikan palu langit menghantam jantungnya. Dalam sekejap, suhu ruang berubah menjadi neraka beku. Hentakan kaki terdengar dari kehampaan, dan tekanan dahsyat menghantam seisi celah dimensi.Yao Chen menoleh dengan gemetar. Dadanya terasa ditekan, napas pun sesak.Dari kabut iblis yang menghitamkan ruang, muncullah sosok berjubah hitam panjang dengan mahkota tulang di kepalanya.Kaisar Iblis Langit.Aura-nya begitu menindas hingga ruang hampa bergetar, retakan dimensi menyebar seperti jaring laba-laba.Matanya menatap Yao Chen penuh murka. “Anak ingusan sialan! Kau hancurkan altar suci, dan kau

“Gao Long … lihat saja, pengorbananmu takkan sia-sia.” Yao Chen berbisik sambil menatap ke langit luas.Kemudian, Sima Honglian mendekat. “Chen, kau yakin akan tinggal di sini?”Yao Chen mengangguk yakin. “Ini adalah tempat kelahiranku. Tanah awal mula aku berpijak di dunia ini.”Sementara, langit di atas Tanah Suci berwarna kelabu, menyimpan kesunyian yang menekan. Tak ada keramaian murid sekte, tak ada hiruk-pikuk kehidupan kultivasi.Hanya reruntuhan bangunan kuno dan pilar-pilar raksasa yang patah setengah, berserakan seperti tulang-belulang dewa yang terlupakan.“Kalau begitu, ayo kita bangun kembali tempat ini!” Sima Honglian bersemangat.Yao Chen berdiri di atas puing-puing Istana Dewa, dikelilingi angin dingin dan bayangan masa lalu.Di belakangnya, tiga sosok wanita—Sima Honglian, Putri Suci, dan Sheng Meiyu—menatapnya dari kejauhan, masing-masing sibuk memperbaiki area reruntuhan dengan kekuatan mereka.Tempat ini sebelumnya megah, pusat kejayaan sekte kuno yang disegani dan

“Aku … aku tak menyangka akan menemukan buah pusaka semacam ini di sini!” Mata Yao Chen berbinar.Ketika dia sedang mendambakan kecepatan tingkatan kultivasinya untuk melawan Kaisar Iblis Langit, tak disangka semesta menjawab harapannya.Di salah satu sudut, terdapat kebun kecil yang tumbuh tanpa tanah, ditopang formasi spiritual rumit. Di situ ada rumput mistik berurat perak, teratai ungu api, dan bunga bulan berkelopak sembilan.Semuanya melayang di atas tanah dan bagian bawahnya diselubugi kabut energi yang pekat seakan itu adalah media tanamnya.“Ini benar-benar buah peningkat kultivasi! Tidak hanya mempercepat kultivasi, ini juga bisa mendongkrak kekuatan Qi dengan gila-gilaa!”Napasnya memburu saat menyadari khasiat temuan spektakuler yang dia dapatkan.“Tapi ini tentunya tak bisa kumakan langsung atau aku akan terbakar gosong karena terlalu keras untuk seseorang. Harus dimurnikan dulu menjadi pil a