All Chapters of Kontrak Pernikahan Sang CEO: Chapter 71 - Chapter 80
82 Chapters
71. Permintaan Maaf
Bagaimana ini?Jika Arsen bergerak, maka Layla akan terbangun.Arsen kembali mencoba menarik tangannya dengan perlahan, tetapi Layla lagi-lagi mengerang. Pergerakan Arsen seketika berhenti. Ditatapnya Layla yang masih terlelap, kemudian ia menghela napas.Apa ia bangunkan saja Layla?Tetapi gadis itu tidur begitu pulas, Arsen tidak tega untuk mengusik tidurnya. Lagi pula, jam dinding baru menunjukkan pukul lima pagi. Namun, tidak mungkin juga Arsen bertahan dengan posisi ini sampai Layla bangun.Layla menjadikan lengannya sebagai bantal. Entah bagaimana keduanya bisa berakhir di tengah ranjang, Arsen mendapati Layla telah meringkuk dalam pelukannya.Mungkin karena cuaca yang dingin.Sejak semalam, hujan tak henti-hentinya mengguyur. Bahkan pagi ini, gerimis masih turun menyapa. Aroma petrikor tercium dari sela-sela di atas jendela ketika angin kencang berembus.Layla biasanya bangun lebih awal, jadi Arsen kira mereka tidur dengan normal tanpa ada sesuatu yang terjadi. Tetapi sekarang,
Read more
72. Layla VS Olivia
"Aku tidak menyangka kau pelakunya."Layla menatap Olivia yang mendengkus di tempat, tak terlihat bersalah setelah mengakui apa yang dia lakukan—menaruh udang di sup ayam yang Arsen pesan.Layla sudah menduga Olivia hanya berpura-pura ingin meminta maaf untuk meredakan kemarahan Arsen. Dia tidak ingin Arsen terus mengabaikannya dan inilah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan.Lagi pula, Layla tidak berharap mendapat permintaan maaf yang tulus dari wanita seperti Olivia. Tetapi, ia tetap setuju untuk bertemu secara langsung, semata-mata karena permintaan suaminya.Arsen membujuknya untuk datang, dan Layla tidak tega melihat wajahnya yang bersalah. Sementara di sisi lain, Olivia terlihat begitu enggan untuk sekadar mengakui kesalahannya di hadapan Layla.Arsen pergi menemui Marlon dan meninggalkan keduanya di ruangannya. Untuk waktu yang lama, hanya suara dari detik jam yang terdengar mengisi keheningan di antara keduanya.Layla ingin mengakhiri ini semua dan pulang ke rumah, tetapi Ar
Read more
73. Salah Tingkah
"Jadi kak Layla membalasnya?""Aku tidak tahan, Kiran.""Memang seharusnya begitu, Kak!" kata Kiran dengan suara menggebu-gebu. "Kakak harus membalasnya dengan kata-kata pedas yang sama. Kalau aku jadi kakak, aku sudah melabraknya dan menamparnya!""Sshhh." Layla mengggeleng dan mengarahkan jari telunjuknya ke mulut sang adik ipar. Setiap kali berkunjung, gadis itu selalu saja tidak bisa memelankan suaranya. "Aku tidak ingin ada masalah, kecuali kalau Olivia melampaui batas.""Kakak terlalu baik, sungguh. Sama saja dengan kak Arsen," kata Kiran cemberut. "Aku jadi cemas kalian akan ditipu. Kalian adalah pasangan yang terlalu lembut, beda denganku dan Kaito.""Kau dan Kaito apa memangnya? Pasangan enerjik?""Tentu saja!" sahut Kiran dengan wajah bangga.Layla tertawa kecil. Tidak bisa ia bayangkan betapa berisiknya rumah Kiran dan Kaito. Tentunya, mereka tidak akan terjebak dalam masalah karena keduanya sama-sama blak-blakan. Seandainya saja Layla bisa mengungkapkan perasaannya tanpa k
Read more
74. Kebingungan Arsen
Sepertinya terhitung hanya sekali saat Layla membuka buku album pernikahannya dengan Arsen.Waktu itu, ia masih cukup kecewa dengan kenyataan bahwa ia harus menjalin kontrak dengan Arsen, jadi ia menyimpan rapat-rapat album foto itu. Tetapi sekarang, saat ia membongkar satu kardus berisi buku-buku yang telah ia baca, ia mendadak penasaran dengan isinya.Layla membuka lembar demi lembar yang memperlihatkan dirinya, Arsen, dan keluarganya. Kebanyakan adalah foto yang diambil secara acak, sementara fotonya dengan Arsen bisa dihitung dengan jari.Tetapi, ada beberapa yang terlihat romantis.Terutama saat ia dan Arsen berdansa. Bahkan di mata Layla, foto di mana ia berputar di bawah lengan Arsen dengan gaun yang mengembang jauh lebih manis, dibanding foto saat Arsen menunduk untuk menciumnya.Layla meraba perlahan gambar itu dan tersenyum tipis. Mungkin jika takdir tidak berpihak padanya dan ia harus berpisah dengan Arsen, foto ini akan menjadi kenangan terindah untuknya. Setidaknya, ia ta
Read more
75. Hadiah dan Kecupan
"Ini sudah sebulan Nak, bukankah itu normal bagi Layla untuk hamil? Ibu sudah cukup bersabar."Arsen memijat sisi kepalanya yang mendadak terasa sakit memikirkan permintaan ibunya. Bagaimana ia memberi jawaban yang tepat? Ibunya sangat berharap dengan kehamilan Layla, sementara hubungannya dengan gadis itu hanya sekadar... kontrak."Ibu, tolong dengarkan penjelasanku dulu," kata Arsen dengan suara lembut, mencoba membujuk ibunya yang keras kepala dengan keinginannya. "Aku tahu Ibu sangat menginginkan kehamilan Layla, tapi kami masih ingin menikmati waktu berdua.""Layla juga menginginkan hal yang sama?""I-ya," jawab Arsen kaku. Ia menelan ludah dan memohon maaf berulang kali dalam hati karena telah membohongi ibunya. Arsen hanya berharap ibunya yang berada jauh di seberang sana bisa percaya dengan ucapannya."Baiklah, tapi tetap saja Ibu berharap adanya bayi dalam waktu dekat. Mungkin Layla akan berubah pikiran," sahut ibunya, masih bersikeras."Aku pasti akan memberitahu Ibu jika ka
Read more
76. Cinta itu Luka
Perpustakaan telah selesai hari ini.Layla yang sedang membersihkan dapur setelah sarapan bergegas keluar. Arsen menatapnya dengan senyum sumringah, ikut bahagia melihat betapa antusiasnya gadis itu."Kau terlihat begitu bersemangat." Arsen sengaja berkomentar dengan suara menggoda."Benarkah?" Layla menangkup pipinya dan tidak bisa menahan tawanya. "Padahal aku berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja."Arsen kontan terkekeh. "Kau tidak bisa menyembunyikannya dengan senyum lebar di wajahmu itu."Layla langsung menutup mulutnya dengan tangan, tetapi tetap saja matanya yang menyipit dengan jelas memperlihatkan rasa senangnya.Arsen kembali tertawa dan tanpa basa-basi meraih tangan Layla. "Ayo kita lihat perpustakaannya. Itu adalah hadiah untukmu, jadi aku senang jika kau menyukainya.""Kau memberiku terlalu banyak hadiah Arsen," sahut Layla. "Kemarin jepitan, dan sekarang perpustakaan ini juga selesai lebih cepat.""Sudah kubilang aku ingin membahagiakanmu, Layla," kata Arsen tanpa berp
Read more
77. Momen
Layla meletakkan air minum dan handuk saat Arsen melangkah mendekat. Keringat bercucuran di dahi, leher, dan bahu Arsen, membuat bagian atas kaos yang dipakainya basah.Melihat Arsen yang masih memakai sarung tinju, Layla mengulurkan tangannya dan membantu. Pria itu terus menatapnya dengan mata hitamnya yang dalam, sampai ia meletakkan dua sarung tinju itu di atas meja."Ke-kenapa?" tanya Layla, ingin tahu kenapa tatapan Arsen terus terpaku padanya.Arsen tersenyum tipis dan duduk di bangku. Ia tidak langsung menjawab, melainkan mengelap keringat di tubuhnya. Layla menatapnya, kemudian memalingkan wajah saat Arsen menoleh."Ini benar-benar sangat cocok untukmu. Kau terlihat cantik." Sebuah sentuhan tangan dingin terasa di kepala Layla. Ia mendongak dan Arsen tersenyum manis saat menyentuh ringan jepitan di kepala Layla."Ah itu..." Layla tersipu dan mengangguk pelan. "Kau sudah membeli banyak, jadi tidak mungkin aku hanya menyimpannya. Aku akan terus memakainya."Lagi, Arsen tidak men
Read more
78. Hampir Ketahuan
Arsen melangkah cepat menaiki tangga menuju apartemen Olivia. Ia masih memiliki waktu setengah jam sebelum ke bandara dan berniat menemui wanita itu sebentar. Olivia tidak menjawab pesannya dan ia khawatir ada sesuatu yang terjadi.Tetapi begitu tiba di puncak tangga, langkah Arsen sontak terhenti ketika melihat sosok asing di pintu apartemen Olivia. Pria itu memakai topi dan masker, posisinya membelakangi Arsen dan dia tampak membungkuk ke arah Olivia.Apa yang sedang dia lakukan?"Olivia?" panggil Arsen dan pria itu langsung berbalik dengan terkejut.Wajah Olivia bahkan terlihat lebih syok sebelum dia bisa mengontrol ekspresinya. Arsen sempat melihat matanya yang terbuka lebar. Kenapa Olivia begitu terkejut?Olivia mendorong Bryan untuk mundur tatkala Arsen mendekat dengan kening berkerut. Ia berusaha untuk berekspresi senormal mungkin.Sial, kenapa Arsen tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan?"Ah, Arsen... aku kira, bukankah kau sudah harus berangkat ke bandara?""Aku ingin menemuim
Read more
79. Menunggu Cinta itu Datang
"Terima kasih, Pak. Nanti jemput saya lagi hari Jumat sore, ya.""Baik, Nona."Layla mengangkat tas berisi beberapa pakaiannya dan menyeberangi jalan. Ditatapnya rumah orang tuanya, kemudian senyumnya mengembang.Rasanya sudah lama sejak ia terakhir kali bertemu ibunya secara langsung. Mereka sering bertukar kabar lewat telepon, tetapi sulit untuk bertemu karena jarak yang jauh. Sekarang, ia memilih untuk menemani ibunya selama Arsen dan ayahnya pergi.Layla melangkah melewati pagar ketika ibunya muncul dengan tergopoh-gopoh. "Padahal Ibu berniat menjemputmu, Sayang.""Tapi aku sudah di sini, Ibu. Apa aku harus kembali lagi ke rumah?" kata Layla bercanda dan keduanya tertawa.Melissa menarik satu-satunya anak perempuannya itu ke dalam dekapan, lalu memeluknya erat-erat. Melepaskan kerinduan setelah sekian lama tak bertemu."Bagaimana kabar, Ibu?" Layla membenamkan wajahnya di pundak ibunya."Ibu baik, Sayang. Malah sangat baik setelah ayahmu mendapat proyek dari Nak Arsen. Ibu sangat s
Read more
80. Dua Sisi
Bulan di balik jendela bersinar terang. Tidak seperti biasanya, malam ini cerah tanpa hujan deras yang mengguyur.Memasuki puncak musim hujan, hari-hari Layla selalu ditemani oleh langit mendung, awan hitam yang menggantung, angin kencang, aroma petrikor dan tanah yang basah, juga air hujan yang mengetuk atap.Musim hujan adalah defenisi dari pernikahannya. Tetapi bukan berarti ia berharap musim panas menjadi awal pertemuannya dengan suaminya.Ia sudah menerima apa yang terjadi dan akan bersabar menghadapinya. Seperti kata ibunya, inilah takdirnya.Layla menarik guling dan berbaring miring menatap pemandangan halaman belakang. Di lantai dua kamarnya, ia membayangkan pohon angsana juga kolam yang tenang di rumahnya.Sekarang sudah hampir tengah malam. Layla bertanya-tanya, apa Arsen sudah tidur? Dia telah sampai dengan selamat bersama ayahnya dan berjanji akan menelepon.Layla menunggunya sejak makan malam, tetapi ia pikir Arsen pasti kelelahan. Ia tidak ingin mengusik pria itu, jadi La
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status