All Chapters of Kontrak Pernikahan Sang CEO: Chapter 61 - Chapter 70
82 Chapters
61. Berdamai dengan Perasaan
Arsen termenung menatap makanan yang tersaji di atas meja.Semuanya masih hangat, dan itu berarti belum lama sejak Layla membuatnya. Gadis itu sudah tidur di kamar mereka, entah benar-benar tidur atau hanya berpura-pura.Layla menghindarinya.Dia tidak mau bicara dengannya.Embusan napas berat keluar dari mulut Arsen. Ia merasa tidak berselera untuk makan sendirian, tetapi tidak mungkin ia membuang-buang makanan yang telah Layla sajikan untuknya.Arsen masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Semuanya menjadi lebih buruk sekarang. Ia bahkan tidak bisa bertanya, sebab Layla terus menghindarinya. Kalau pun mereka berada dalam satu tempat, Layla hanya akan menjawab singkat tanpa menatapnya.Arsen memijat batang hidungnya dengan frustrasi. Malam itu, ia makan sendirian dan berusaha keras menghabiskan makan malam yang telah Layla siapkan. Setelahnya, Arsen memutuskan untuk pergi ke ruang kerjanya.Arsen mengambil sebotol anggur dari dalam laci dan menatap bulan purnama yang bersinar t
Read more
62. Perhatian Kecil
"Dor!"Layla berjengit terkejut dan hampir jatuh ke belakang. Kiran dengan cepat menahan tubuhnya, lalu menampilkan cengiran bersalahnya."Maaf, aku kira Kak Layla mendengarku masuk?"Layla menggeleng dan mengusap dadanya. "Astaga, aku hampir mengalami serangan jantung.""Maaf, hehe."Layla menghela napas dan kembali duduk di tepi tempat tidur. Tidak Arsen, tidak Kiran, mereka semua selalu membuatnya terkejut. Ia sedang merapikan baju Arsen saat Kiran tiba-tiba muncul dan mengagetkannya.Kiran telah memberitahukan kedatangannya lewat telepon, tetapi Layla tidak menyangka dia akan datang sore ini juga."Apa yang Kakak lakukan? Sedang merapikan baju kak Arsen, ya?" tanya Kiran seraya mengambil tempat di depan Layla. Ia memperhatikan beberapa kaos dan kemeja yang Layla gantung."Iya," jawab Layla, dengan cekatan membereskan semuanya. "Bagian bawah agak berantakan jadi aku merapikannya.""Sungguh istri yang sangat perhatian dan baik, ya," komentar Kiran dan Layla merotasikan bola matanya.
Read more
63. Rencana Olivia
"Aku ingin gaun, Arsen. Gaun dari desainer ternama. Bagaimana?"Olivia menatap Arsen, tetapi pria itu sama sekali tidak menatapnya. Matanya terpaku pada ponsel di tangannya.Olivia seketika cemberut. "Arsen?! Kau mendengarku, tidak?!"Sebuah sentuhan di bahu Arsen membuat pria itu menoleh. Alisnya berkerut dan ia menatap Olivia yang berdecak kesal."Ada apa?" Arsen bertanya bingung."Kau tidak mendengarku? Mulutku sudah berbusa sejak tadi!" decaknya sambil melipat kedua tangan di depan dada.Arsen menghela napas. "Maaf, aku harus mengirim berkas pada Marlon. Tidak bisakah kau menunggu sebentar saja?"Olivia hanya merotasikan bola matanya dan memalingkan wajah.Arsen sebenarnya berniat untuk menyelesaikan semuanya, tetapi Olivia bersikeras agar Arsen segera menemuinya. Arsen sempat mengira ada sesuatu yang terjadi, tetapi nyatanya Olivia baik-baik saja. Sekarang, ia harus mengirim berkasnya di apartemennya, namun Olivia masih saja tidak sabaran.Dalam beberapa minggu terakhir saat Arse
Read more
64. Layla Pingsan
"Kak Layla harusnya sering-sering berkunjung ke sini." Kiran berkomentar ketika keduanya tiba di perusahaan Sergio Industri.Kantor siang itu sangat ramai, dilalui oleh karyawan yang berjalan cepat menuju kafetaria untuk mengisi perut mereka, mengingat jam makan siang kantor hampir berakhir.Layla menatap langit yang cerah, matahari bersinar terik hingga terasa membakar. Pemandangan ini kembali mengingatkannya pada kejadian ketika ia membawakan Arsen makan siang. Yah, ia sepertinya tidak bisa melupakan kejadian itu setiap kali ke kantor.Kali ini, Arsen tahu mengenai kabar kedatangannya bersama Kiran.Tetapi tetap saja, ia pasti akan bertemu dengan Olivia yang merupakan sekretaris Arsen."Ayo Kak, kak Arsen pasti sudah menunggu kita," panggil Kiran saat Layla hanya berdiri di depan mobil.Keduanya melangkah ke dalam dan para karyawan yang lewat membungkuk hormat. Layla membalas sapaan mereka, sementara Kiran terus menarik tangannya untuk segera pergi ke ruangan Arsen.Tanpa mengetuk te
Read more
65. Keinginan dari Hati
Layla menatap langit-langit rumah sakit, sekeliling ruangan yang berwarna putih steril, lalu pandangannya jatuh pada selimut tipis yang membungkus tubuhnya. Aroma antiseptik yang kuat tercium dari sana.Layla beralih menatap infus di lipatan lengannya, lalu mencoba mengingat apa yang terjadi.Makanan itu...Ia muntah-muntah dan sesak napas. Kemudian Arsen menggendongnya dan membawanya ke mobilnya. Setelahnya, terasa samar-samar. Layla sepertinya pingsan dan di sinilah ia berada.Layla mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terasa lemas luar biasa. Sisi kepalanya sakit, sementara dadanya masih agak sesak. Perutnya bergejolak tidak nyaman, dan keinginan untuk muntah masih terasa di tenggorokannya.Tidak salah lagi, apa yang ia alami sekarang adalah efek dari alerginya terhadap udang. Tetapi sekali lagi, bagaimana mungkin sup ayam yang Arsen pesan memiliki potongan udang?Pintu ruangan Layla mendadak terbuka, dan Arsen muncul di sana bersama seorang dokter perempuan berusia sekitar 40-an tahu
Read more
66. Kebahagiaan Sang Istri
"Apa kau sudah minum obat?""Sudah." Layla menjawab sembari menatap Arsen yang melonggarkan dasinya. Dia baru saja kembali dari pertemuan dengan kolega dari luar negeri yang melibatkan perusahaan ayah Layla juga. Saat ini ayahnya belum terlibat secara langsung sampai proyeknya berjalan.Selain itu, Layla telah meminta Arsen untuk tidak memberitahu orang tuanya mengenai apa yang terjadi, semata-mata karena tidak ingin mereka cemas."Apa semuanya lancar? Kau kembali lebih awal.""Aku khawatir karena meninggalkanmu terlalu lama," ucap Arsen, melepas sepatunya dan ikut mencelupkan kakinya di air danau yang dingin. "Apa kaki dan tanganmu masih lemas?""Sedikit.""Kau harus minum obatmu lagi setelah makan siang."Layla mengangguk dan mencoba menggerakkan kakinya yang tenggelam sampai betis. Setelah kembali dari rumah sakit, kondisinya sudah membaik meskipun kaki dan tangannya masih terasa agak lemas. Kata dokter, ia hanya perlu untuk beristirahat sampai kondisinya benar-benar pulih total.L
Read more
67. Paket
Hari demi hari berlalu saat Layla memulihkan diri dan tak terasa ulang tahun Olivia telah berada di depan mata—tepat di hari Minggu ini.Layla tidak tahu apakah Arsen akan langsung pergi pagi ini, atau bagaimana. Dia menyibukkan diri dengan meninju samsak di halaman belakang sejak jam enam. Sekarang sudah lewat jam tujuh.Layla mengeluarkan kue dari oven dan menyeduh kopi. Akhir-akhir ini, ia mulai belajar membuat kue dengan mengikuti video arahan yang dikirim ibunya.Karena Arsen tidak terlalu suka makanan manis, jadi ia membuat adonannya sedikit hambar dan menambahkan buah-buahan segar sebagai pemanis alami. Ia tidak tahu apakah Arsen akan suka. Ini pertama kalinya Layla membuat kuenya dengan benar."Arsen?" panggil Layla di ambang pintu. Arsen menoleh dengan kening berkerut, keringat telah bercucuran di wajah dan lehernya. Layla bisa melihat ototnya yang tercetak jelas dibalik kaosnya yang lembab. Ia segera mengalihkan pandangan. "Aku sudah menyeduh kopi. Ayo sarapan sekarang?" sah
Read more
68. Permintaan Arsen
Matahari telah tenggelam ketika Arsen tiba di apartemen Olivia. Udara berembus cukup kencang dan sepertinya hujan lebat akan turun malam ini.Arsen tahu kalau Layla bukan lagi anak kecil, tetapi tetap saja ia merasa khawatir jika cuaca sedang buruk seperti sekarang. Apalagi, gadis itu baru saja sembuh dari sakitnya.Mungkin sebaiknya ia mengirim pesan singkat.Arsen mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan ketika Olivia muncul secara mendadak. Tanpa basa-basi, dia merangkul lengan Arsen dengan semangat. "Sayang! Akhirnya kau datang juga!" Olivia langsung menarik tangan Arsen masuk ke dalam apartemennya. Ia melirik kantong kertas di tangan Arsen, lalu mengambilnya. "Ini hadiah untukku 'kan, Sayang?""Iya, gaun yang kau inginkan."Olivia berjinjit dan mencium bibir Arsen dengan mesra. "Terima kasih, Sayang!""Sama-sama," ucap Arsen, duduk di sofa. Antusiasme yang ia kira akan memenuhi hatinya entah menghilang ke mana. Arsen biasanya selalu bersemangat untuk merayakan ulang tahun Oli
Read more
69. Sentuhan Arsen
"Kau bilang, sebagai istriku, aku boleh menyentuhmu, bukan? Kalau begitu, bolehkah aku melakukannya sekarang?"Suara Arsen serak dan dipenuhi hasrat. Tatapannya yang tertuju pada bibir Layla semakin gelap, membara oleh keinginan untuk mengklaim gadis itu.Jemari Arsen perlahan bergerak mengelus bibir bawah Layla, sementara tangannya menarik pinggang sang istri untuk merapat ke arahnya.Layla mencengkeram gaunnya, kebingungan di tempat. "A-arsen?""Kau tidak menjawab pertanyaanku. Kau tidak mau aku menyentuhmu?" Arsen menyela dengan lembut. "Kau tidak ingin tangan ini memberimu kenikmatan?" Seringai tipis menari-nari di bibir Arsen. Api yang menyala di matanya kian berkobar, membawa sensasi melilit di perut Layla.Arsen mabuk berat dan Layla tidak tahu harus melakukan apa. Ia memang sudah berjanji untuk menjadi istri yang baik untuk Arsen selama setahun ini. Apa pun itu keinginan suaminya, ia ingin memenuhinya. Tetapi sekarang, ia yakin ini hanya pengaruh alkohol.Arsen tidak sadar deng
Read more
70. Bertengkar
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi, Marlon? Kenapa bisa ada udang di sup ayam istriku?"Arsen menatap Marlon yang kini duduk di depan meja kerjanya, tampak termenung dengan pertanyaan yang ia berikan. Sebelumnya, Arsen telah bertanya mengenai apa yang terjadi dan Marlon mengatakan bahwa dia memesan sesuai dengan permintaan Arsen."Aku awalnya mengira ini adalah kesalahan dari restoran tempat di mana aku membeli sup itu, tapi..." Marlon menghela napas dan menatap Arsen dengan wajah kecewa."Tapi apa?" tanya Arsen. Ia tidak mengerti kenapa Marlon menatapnya dengan kecewa seolah-olah ia telah melakukan kesalahan."Olivia," ucap Marlon setelah beberapa saat.Satu kata itu berhasil membuat Arsen kebingungan di tempat. "Apa?""Olivia yang melakukannya," jelas Marlon, berdecak pelan. "Dia yang memasukkan potongan udang di sup Layla."Arsen benar-benar terkejut dengan pengakuan itu. Ia menatap asistennya dengan tatapan tidak percaya. "Bagaimana? Bagaimana bisa kau mengatakan itu, Marlon?""Pela
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status