Dua orang yang berjalan masuk itu adalah orang tua Afkar, Arvin dan Melinda. Ayahnya masih sama seperti dulu, tidak banyak bicara, terlihat sedikit keras, tetapi tatapan matanya jelas dipenuhi perhatian pada Afkar.Arvin bertanya dengan raut wajah serius, "Sudah larut malam, kenapa belum tidur?"Melinda menatap Afkar. Dia bertanya sambil tersenyum lembut penuh kasih sayang, "Nak, kenapa? Apa kamu mimpi buruk?""Ayah, Ibu, benaran kalian? Aku kangen banget sama kalian! Ayah, Ibu ...." Suara Afkar bergetar. Air mata mengalir deras di wajahnya ketika dia memanggil kedua orang tuanya. Dia langsung meloncat turun dari ranjang dan berlari ke arah mereka.Saat ini, Afkar bukan lagi seorang pesilat tingkat penyatuan kekosongan, bukan pula Bibit Bintang. Dia hanyalah anak berusia 18 tahun yang sangat merindukan orang tuanya dan hanya ingin memeluk mereka erat-erat.Pada saat itu, bentuk wajah Arvin tiba-tiba berubah menjadi sangat aneh. Sepasang matanya menatap ke arah Afkar. Dia juga menampakk
Read more