“Rey, kamu pernah kepikiran buat punya anak nggak?” suara Jasmin pelan, nyaris tenggelam di antara denting sendok di cangkir.Reyan menoleh. Bukan karena pertanyaannya mengejutkan, tapi karena tatapan Jasmin saat mengatakannya. Ada keraguan. Ada ketakutan. Ada sesuatu yang ingin disembunyikan, tapi terlalu jujur untuk tetap dipendam.“Aku pernah,” jawab Reyan, menyesap tehnya. “Tapi aku juga pernah mikir… kalau punya kamu aja udah cukup.”Jasmin tersenyum samar, tapi itu bukan senyum bahagia. Itu senyum yang mencoba kuat.“Aku baru dari dokter tadi,” katanya. “Bukan buat periksa serius, cuma general check-up. Tapi dia bilang kemungkinan rahimku lemah.”Reyan diam. Tidak panik. Tidak kaget. Hanya mendengar, karena itu yang dibutuhkan Jasmin.“Aku nggak infertil,” lanjut Jasmin cepat, seolah tak ingin dikasihani. “Cuma… kalaupun suatu saat kita mau, kemungkinan untuk punya anak itu kecil. Dan kalaupun bisa, prosesnya mungkin berat.”Reyan menyentuh tangannya. “Kamu nggak perlu minta maa
Huling Na-update : 2025-08-06 Magbasa pa