Malam itu setelah pameran sukses besar, rumah kembali riuh. Alif pulang membawa Nayla dan anak mereka, bahkan Aleeya ikut bermalam. Tari yang sudah bisa pulang dari rumah sakit, duduk di kursi roda, dikelilingi anak-anaknya yang kini saling bercengkerama.Mentari membantu di dapur, mengaduk sup ayam sambil sesekali tertawa melihat kelucuan Gio, anak Nayla dan Alif.Tari mengamatinya dari ruang tengah."Aku belum pernah lihat rumah kita sehangat ini sejak lama," gumamnya pada diri sendiri.Abrar duduk di sebelah Tari. Ia sudah mandi, mengganti kaus, tapi lelah di matanya masih terlihat."Bunda bangga?"Tari menoleh, senyum lembut."Bunda lebih dari bangga. Kamu… sudah sembuh, Bar."Abrar mengangguk pelan. "Belum sepenuhnya. Tapi Mentari ngajarin aku pelan-pelan untuk sembuh."Mereka terdiam, lalu terdengar suara piring pecah dari dapur. Aleeya langsung menjerit, "Mentariiii! Kamu panik, yaaa!"Mentari tertawa, memunguti pecahan piring."Maaf! Tanganku licin, sumpah bukan karena deg-deg
Last Updated : 2025-06-03 Read more