Sinta membalas lembut, tangannya terangkat menyentuh rahang Fino, menariknya agar lebih dalam. Getaran aneh menjalari tubuh mereka, campuran antara luka, pelarian, dan kebutuhan akan rasa dimiliki.Fino sempat terhenti sejenak, menarik wajahnya sedikit. Napasnya terengah, matanya masih menatap Sinta dari jarak dekat. “Kita… nggak seharusnya…” gumamnya.Sinta menatapnya balik dengan senyum tipis, lalu menggeleng. “Malam ini nggak ada aturan. Nggak ada masa lalu. Hanya ada kamu dan aku.”Tanpa memberi kesempatan Fino berpikir lagi, Sinta menariknya ke dalam pelukan. Bibir mereka kembali bertemu, kali ini lebih hangat, lebih dalam, sampai keduanya larut dalam pelarian yang sama melupakan luka mereka, meski hanya sesaat.Ciuman itu semakin dalam, seakan menguras semua luka yang mereka simpan. Sinta tidak lagi ragu; ia menuntun Fino semakin dekat, tangannya melingkari lehernya. Fino pun akhirnya menyerah, membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan hangat yang entah sejak kapan begitu ia ri
Terakhir Diperbarui : 2025-08-28 Baca selengkapnya