Pabrik tua itu berbau lembap, udara dipenuhi debu yang membuat dada sesak. Cahaya sore masuk lewat jendela-jendela pecah, membentuk pola aneh di lantai beton yang retak dan kotor. Adrian berjalan di depan, langkahnya mantap seolah sudah sangat akrab dengan tempat itu.“Indah, kan?” katanya sambil menoleh singkat ke Alena. “Sepi, privat, jauh dari hiruk pikuk kota.”Alena merapatkan lengannya ke tubuh, berusaha mengusir rasa dingin yang menusuk tulang meski udara di luar masih hangat. “Tempat ini menyeramkan, Adrian. Kenapa harus ke sini?”“Karena di sinilah semuanya dimulai,” jawab Adrian sambil mendorong pintu besi berkarat.Ruangan di balik pintu itu membuat Alena tertegun. Bukan ruangan kosong seperti yang ia bayangkan, melainkan sebuah ruang yang disulap seperti tempat tinggal: ada kasur, meja kecil, kursi, bahkan lemari es mini. Semua tampak teratur, terlalu teratur untuk sekadar tempat singgah.
Last Updated : 2025-08-21 Read more