All Chapters of Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris: Chapter 201 - Chapter 210

Audrey tidak mengenali siapa lelaki paruh baya yang kini datang mengunjungi ruangan Aurelie. Audrey langsung bertanya, “Anda siapa, Tuan?”Senyuman yang ingin Brian tunjukan perlahan memudar, hatinya sungkan menujukan keramahan itu pada orang-orang yang telah dirusak oleh kedua putranya. Apakah masih pantas untuknya tersenyum?Tidak! Tidak sepantasnya Brian bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, satu-satunya yang paling pantas Brian pikirkan saat ini adalah meminta maaf terlebih dahulu, untuk menunjukan bahwa dia masih memiliki moral dihadapan dua gadis malang itu. “Saya ayahnya Dante, nama saya Brian Arnaud,” jawabnya dengan kepala tertunduk dan tubuh sedikit merendah seakan tak layak untuk menatap siapapun yang kini berada di hadapannya, Brian terlampau malu dengan penyesalan yang tidak dapat disembunyikan sedikitpun.Bibir Audrey terkatup rapat tidak memiliki kata yang bisa dia sampaikan pada ayahnya Dante yang tiba-tiba datang.Dilihatnya Aurelie yang terlihat tenang tidak menu

“Itu adalah surat akta resmi yang dikeluarkan oleh pengadilan, bukti sah bahwa kau sudah resmi bercerai dengan Serena.”Dante membaca lembaran kertas yang diberikan Donna kepadanya, sebuah kertas yang dikeluarkan oleh pengadilan kota Andreas. Dalam surat itu menyatakan, bahwa pernikahan mereka telah selesai dengan beberapa harta gono-gini yang harus diserahkan setelah satu tahun lebih pernikahan mereka berlangsung. “Kenapa Ibu bisa mendapatkannya? Ceraiku dan Serena direncanakan awal Januari karena terhalang libur panjang.”Donna tersenyum lembut mengusap kepala Matthias yang kini masih ada dalam pelukannya. “Ibu berusaha menghubungi pihak pengadilan agar mereka bersedia segera menyelesaikan prosedur perceraianmu. Hanya itu yang bisa ibu lakukan untuk membantu mengakhiri pernikahanmu Dante. Dulu kau menikah dengan Serena atas perjodohan yang ibu lakukan, ibu telah salah memberikan isteri untukmu, dan ibu harus segera memisahkan kalian secepatnya agar kau bisa bebas terlepas dari semu

Elisio melangkah tenang keluar dari ruangannya untuk menyambut kedatangan Mante yang membawa calon isterinya untuk pertama kali ke kediaman keluarganyaa atas undangan Elisio. Kulit Jach meremang, jantungnya berdebar kencang merasakan suatu kejadian besar akan segera tiba dan akan meledak menjadi pertengkaran. Jach berlari mengejar keluar, lidahnya kelu tidak mampu menyela langkah Elisio dan menghentikannya yang kini mulai menuruni tangga. Senyuman yang sempat terlihat dibibir Mante perlahan memudar saat dia melihat Jach yang berdiri diantara anak tangga dan melotot memberinya isyarat untuk pergi secepatnya membawa Gloria dari rumah. “Selamat datang, Nona Gloria,” sapa Elisio dengan senyuman yang dingin. Gloria tersenyum dengan sedikit bungkukan menunjukan rasa hormatnya. “Selamat malam, Tuan Elisio. Terima kasih atas kehormatan Anda yang mengundang saya kesini.” Elisio mengalihkan perhatiannya pada Mante. “Oh ya, Mante, ada titipan untukmu.” Alis Mante sedikit terangkat mel

Malam semakin larut, suhu dingin semakin terasa ditengah operasi Aurelie yang masih berjalan. Gadis itu terbaring dengan alat-alat yang terpasang ditengah dokter yang sedang bekerja keras menjalankan operasi.Diluar ruangan, Brian dan Dante tengah duduk masih menunggu setelah lima jam lamanya operasi berjalan, mereka tidak berhenti merapalkan do’a, berharap bahwa semuanya akan berjalan lancar dan ini akan menjadi titik balik dari semua badai hebat yang telah menerpa kehidupan mereka.“Bagaimana hubunganmu dengan Audrey?” tanya Brian memecah ketegangan yang dingin itu.“Aku sedang berusaha mendapatkan kepercayaannya agar kita bisa bersama.”Brian termenung mengingat kembali setiap reaksi yang Audrey tunjukan saat mereka tidak sengaja berpandangan, Audrey menghindar seolah tengah memasang pembatasan diantara dirinya dan keluarga Dante.Ini pasti tidak mudah untuk gadis itu, berdamai seolah apa yang pernah terjadi padanya dan Aurelie bisa dilupakan begitu saja.Memaafkan saja harusnya s

Cahaya pagi mulai memasuki jendela, menembus gordeng tipis yang melambai lembut dibalik dinding kaca jendela yang dingin.Audrey meremas kuat permukaan ranjang, mencari pegangan di tengah badai sunyi yang tak terlihat.Di seberangnya, Jach tengah menatap Matthias yang berada dalam peluknya, matanya yang kalut seperti sedang bercerita tentang suatu hal begitu berat.Masalah apa sebenarnya yang tengah dihadapi Jach? Jika masalah ini tidak ada hubungan dengan Audrey, tidak mungkin Jach menunjukkan sikap seperti ini.Jach bukan pria yang mudah dibaca, isi hatinya selalu tersembunyi rapi. Tapi kali ini berbeda, dia tidak dapat menyembunyikan ketenangannya yang telah runtuh.Diamnya Jach yang tidak kunjung bicara membungkus ruangan kecil itu dengan dingin yang sunyi.Audrey mulai takut akan ada sebuah retakan diantara mereka berdua saat nanti Jach mulai berbicara, mengucapkan sesuatu yang masih belum Audrey ketahui apa itu.“Audrey,” panggil Jach dengan napas memberat.Audrey terdiam, menu