Aku bingung, terdiam untuk beberapa saat. Benda yang diserahkan Bang Zul padaku rupanya sesuatu yang sangat penting, terlalu penting namun bisa terlupakan. “Kamu ninggalin hape di mobil, Ris,” jelas Bang Zul lagi. “Pikiranku berantakan, ya? Sampai benda seperti ini kamu lupakan. Bahkan kalau tidak aku antar, kamu juga tidak akan ingat.” Ucapan Bang Zul menyadarkanku. Gawai yang tadi kubawa serta saat pergi, rupanya tertinggal di mobil, dan aku tidak menyadari sama sekali. Ini semua karena beban pikiran yang tidak ada habisnya. Ditambah lagi, ibu mertua dan keluarganya yang membuat ulah. “Terima kasih, Bang.” Getir, aku hanya bisa mengambil gawai itu. Tidak ada kata bantahan yang keluar dari mulutku. Walaupun tebakan Bang Zul benar, aku tidak ingin mengiyakannya. Dia bisa mengamuk lagi, lalu mencoba menerobos rumah dan membuat keributan. Biarlah aku berpura-pura tegar, demi meyakinkan Bang Zul bahwa rencana yang sedang kususun mampu untuk kuteruskan. “Tidak, Bang. Aku hanya lupa,
Terakhir Diperbarui : 2025-05-22 Baca selengkapnya