Seolah terhipnotis, aku menuruti Bang Zul tanpa pertimbangan lagi. Aku turun dari mobil, mengekorinya begitu cepat. Saat menjauh dari mobil, Bang Zul langsung menyerahkan bungkus jajanan itu padaku.“Makasih?!” seruku riang. Bahkan aku hampir teriak, berjingkrak seperti anak-anak. Ini kali pertama merasakan jajanan lagi, Bang Fahri tidak mengizinkanku menikmati ini semua, apa lagi kalau dibeli pakai uangnya.Sebuah tindakan sederhana dari Bang Zul membuatku melayang ke angkasa. Aku menikmati jajanan, duduk di bebatuan, membiarkan kakiku terendam air yang beriak kencang, lalu menatap air terjun, pepohonan, dan orang-orang.Di sini, di tempat ini, tidak ada yang berwajah sedih. Mereka semua tersenyum lebar, bahkan bercanda dan tertawa.Untuk sesaat, aku bisa bernapas lega. Dan orang yang membawaku ke titik ini bukanlah Bang Fahri, melainkan Bang Zul, pria dari masa kecilku.Kejadian menakutkan siang tadi membuatku berakhir di tempat seindah ini, tiba-tiba saja rasa syukurku mengudara le
Huling Na-update : 2025-05-29 Magbasa pa