All Chapters of Tukang Pijat Tampan: Chapter 231 - Chapter 240

251 Chapters

Tawaran Main Film

Mereka keluar dari area apartemen dengan mobil Vera. Perjalanan ke mall terdekat terasa normal, tetapi begitu mereka memarkirkan mobil di basement, Vera sudah tidak sabar.“Ingat ya, jangan pasang muka serius. Kamu itu sekarang seleb,” bisik Vera saat mereka berjalan menuju eskalator.“Aku cuma mau beli bantal dan selimut, Ver. Bukan mau gaya-gayaan…” balas Adit datar, meskipun ia merasakan degup jantungnya sedikit lebih cepat. Ia mendambakan anonimitas, tetapi ia telah setuju dengan permainan Vera.Begitu mereka tiba di lantai utama, suasana langsung berubah.Awalnya, hanya tatapan sekilas. Beberapa orang menoleh, mengerutkan dahi, mencoba mengingat di mana mereka pernah melihat wajah itu. Kemudian, seorang remaja putri yang sedang bermain ponsel di dekat toko es krim tiba-tiba menjerit tertahan.“Astaga! Itu Adit, yang di TV!” bisiknya keras kepada temannya.Seperti efek domino, keramaian kecil mulai terbentuk. Kepala-kepala menoleh. Bisikan-bisikan mulai terdengar, “Itu pahlawan ya

Last Updated : 2025-11-09

Masih Bingung

Krisna tentu tak akan menyerah merayu Adit agar mau main film. Sudah sering ia menemukan orang baru, yang kemudian ia angkat di dunia film, dan dia terkenal. Semua orang bisa akting. Itu mudah. Hanya perlu latihan.Krisna kemudian menatap Vera. "Apakah Mbak ini manajer Mas Adit? Kita bisa langsung bicarakan kontraknya. Kami menawarkan kontrak eksklusif yang sangat menggiurkan, jauh lebih besar dari bayaran TV Prime Time manapun!"“Hahaha. Bukan Mas. Manager apaan. Adit juga bukan artis kok. Saya temannya. Tapi, kayaknya Mas Krisna datang di waktu yang tepat loh. Adit tadi bingung mau kerja apaan!” kata Vera sengaja. Ia tertawa geli. Lalu meringis saat merasakan kaki Adit menginjak kakinya.Adit merasakan kepalanya berputar lagi. Tawaran itu… sebenarnya membuatnya penasaran. Setiap orang, mungkin, pernah sempat berpikir ingin menjadi bintang film. Setiap orang, mungkin, pernah atau sempat ingin ‘masuk TV’.Tapi konon, dunia entertainment itu juga adalah sebuah dunia yang gila. Para pel

Last Updated : 2025-11-10

Terima Tawaran

Keesokan harinya, Adit seharian ada di dalam unitnya. Malas keluar. Bahkan makan saja ia pesan dan diantar karyawan katering apartemen itu. Semuanya diantar tepat waktu, dan Adit cukup membuka pintu, mengambil pesanan, lalu kembali mengunci diri di dalam.Adit berbaring di sofa, menatap langit-langit yang putih bersih, memikirkan bagaimana hidupnya yang tadinya sederhana kini berubah menjadi rumit.Adit tidak menghubungi Larasati. Ia ingin menjauh. Bukan karena ia membenci, tapi karena Larasati terlalu berharga. Wanita itu terlalu baik, terlalu polos, dan terlalu... bersih. Adit merasa dirinya sudah terlalu ternoda dengan segala yang telah ia lalui. Ia tak ingin merusak kemurnian Larasati dengan membawanya masuk ke dalam kekacauan hidupnya.Ia tak menghubungi Renata. Tentu saja, ia tak mau terjebak dengan kehidupan kelam itu. Renata adalah bagian dari dunia yang ingin ia tinggalkan. Dunia yang pernah memberinya uang, tapi juga yang membuatnya tak merasa tenang.Dan juga, tentu ia tak

Last Updated : 2025-11-11

Latihan Di Studio

Malam itu, Adit kembali ke apartemennya setelah pertemuannya yang intens dengan Produser Krisna, Rendra, dan Ayu. Keputusannya untuk menerima tawaran film terasa seperti beban berat yang akhirnya berhasil ia letakkan. Perasaan gila dan lega bercampur aduk.Saat ia memasuki area basement yang sepi, ia melihat sebuah mobil sedan merah baru saja diparkir. Dan benar saja, sosok yang keluar dari mobil itu adalah Vera. Wanita itu tampak sedikit lelah, tetapi raut wajahnya ceria.“Lho, Dit! Pas banget!” seru Vera, terkejut melihat Adit. “Kamu dari mana? Kok sendirian?”“Dari cafe,” jawab Adit sambil berjalan mendekat.Vera memegang sebuah kotak pizza yang nyaris utuh. “Baguslah ada kamu! Aku baru beli ini, tapi nggak sanggup ngabisin sendiri. Mood banget kayaknya makan sama teman. Mampir ke tempatku yuk. Ada kopi juga.”Adit tersenyum lega. Setelah pertemuan yang memusingkan itu, ia butuh interaksi yang santai dan tanpa tuntutan. “Ide bagus, Ver. Aku juga mau cerita sesuatu.”Sesampainya di

Last Updated : 2025-11-12

Akting

Sesi pelatihan pertama Adit dimulai di ruangan luas, dengan hanya Adit, Rendra (Sutradara), Ayu (Penulis), dan Pak Herman (Acting Coach) yang hadir. Vera duduk di sudut, mengamati dengan saksama.“Oke, Adit,” ujar Pak Herman, pria paruh baya yang sabar itu. “Kita mulai lagi ya. Ambil posisi. Ini adalah adegan kunci: saat Aji, karakter yang nanti kamu mainkan itu, melihat rekaman CCTV dan menyadari bahwa polisi yang datang bukan untuk menolong, melainkan untuk menghancurkan bukti.”Adit berdiri, naskah di tangan. Ia mulai membaca dialognya, tetapi suaranya datar, matanya kosong.Adit membaca dengan kaku dan masih merasa gugup. Malu. Tak percaya diri. “Bajingan! Ini tidak bisa percaya. Mereka... mereka seharusnya melindungi hukum. Bukan melanggar.”Rendra menghentikannya dengan lembut. “Cut mas. Itu masih terlalu reading, Mas Adit. Terlalu membaca. Coba buang naskahnya sebentar. Lebih rileks. Coba hilangkan perasaan sedang ditonton. Lebih bebas lagi. Hilangkan perasaan harus bagus. Iku

Last Updated : 2025-11-13

Lawan Main Aktris Terkenal

Sebelum ke apartemen, Vera dan Adit mampir ke sebuah retoran.“Hari ini, kamu nggak ada jadwal kah?” tanya Adit. Ia merasa sungkan karena sejak pagi sampai sore itu Vera menemaninya.“Nggak ada. Besok malam ada pertandingan. Jadi besok, kamu berangkat sendiri ya. Siang paling aku ke tempat bos, persiapan. Lagian soal jadwal dan urusan kontrak udah dibicarakan. Kamu mau pelajari lagi surat kontraknya nggak?” tanya Vera.“Intinya apaan? Malas baca…” balas Adit.“Nggak ada yang merugikan kamu sih kalau menurutku. Tapi, karena kamu dianggap pendatang baru, dan pasarnya nanti masih gambling, maka fee untuk proyek ini buat kamu cuma 1 miliar. Itu belum termasuk bonus keuntungan penjualan. Jadi, 1 miliar itu biaya dasar, kerja selama kurang lebih 1 bulan, tapi nggak tiap hari juga. Ada jadwal pengambilan gambar dan prosesnya itu 1 bulan aja. Selebihnya mereka proses editing dan kemudian rilis…” kata Vera.Adit menganggukkan kepala. 1 miliar itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan bayaran

Last Updated : 2025-11-14

Chemistry

Adit tahu ia melakukan kesalahan dan ia berusaha mengendalikan kekuatannya itu. Menghentikan aliran ajaib yang membuat Clara sempat merasakan sesuatu. Dan sebisa mungkin, Adit bersikap biasa saja. Seolah tak ada apa-apa.Dan memang di mata orang, semua itu tampak normal. Tak ada apa-apa. Clara pun, setelah mengalami keterkejutan, ia hanya bisa bertanya-tanya; apa itu tadi? Dia juga tak menuduh Adit aneh-aneh. Tak ada yang aneh dengan kontak fisik barusan. Tapi ia tahu, sepertinya, Adit tak sengaja mengeluarkan sesuatu, dari sentuhannya, yang membuat dia merasa penasaran.'Apa itu tadi…' ucap Clara dalam hati.Meski sudah tak ada lagi aliran energi nakal dari tangan Adit, namun saat itu, Rendra dan Coach meminta mereka berdansa, latihan chemistry. Di pose seperti itu, Clara merasa berdebar; dekat dengan Adit, membangkitkan sesuatu dalam dirinya, berbagai rasa yang rumit."Oke, sekarang kita coba adegan di pesta dansa!" kata Rendra sambil menunjuk ke bagian tengah ruangan yang sudah dik

Last Updated : 2025-11-16

Berdua Lanjut Latihan Di Cafe

Dengan ekspresi yang dibuat bingung, Adit menatap Clara sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eh, gimana Mbak?"Clara melirik sekeliling, memastikan tidak ada yang mendengar. Suaranya turun setengah oktaf. "Tadi… pas awal banget kita latihan chemistry fisik. Em… pas kamu pegang aku, nah… itu kamu… em… kamu ngerti maksudku?"Adit menggeleng, berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap polos. Matanya yang jernih menatap Clara dengan kebingungan yang tampak genuine. Tentu saja, ia harus cari aman. Dalam hatinya, jantungnya berdegup kencang. 'Dia nyadar. Gawat.'"Beneran nggak ngerti maksud aku?" Clara memiringkan kepalanya sedikit, mata sipitnya menyipit lebih dalam, seolah mencoba membaca kebohongan di raut wajah Adit."Yang apa kak? Aku membuat Mbak Clara nggak nyaman kah?" Adit menundukkan kepalanya sedikit, gesture yang sempurna untuk aktor pemula yang insecure. "Kalau iya, aku minta maaf mbak. Aku grogi dan aku merasa serba salah…"Suaranya terdengar begitu tulus penuh penyesa

Last Updated : 2025-11-17

Clara Masih Penasaran

Café Cinta memang sesuai dengan namanya: suasananya vintage, tenang, dan jauh dari keramaian mall. Tempat itu memang sepi. Maklum. Menu-menunya mahal. Jadi, hanya orang berduit yang datang ke sana; orang yang tak akan heboh ketika melihat pemain film seperti Clara sedang berada di café itu.Adit dan Clara duduk di meja kayu kecil di sudut, jauh dari jendela. Clara memesan latte dan Adit memesan kopi hitam.Sejak masuk hingga memesan kopi, Clara dibuat sedikit heran. Justru Adit yang dikenal pramusaji, atau dilihat oleh beberapa pengunjung yang sudah ada di sana.“Kamu lebih terkenal Dit!” kata Clara sambil tertawa pelan.“Ya masih hangat kan kasusnya mbak. Orang belum lupa…” jawab Adit.“Gimana rasanya dikenal oleh orang dari seluruh negri?”“Apa iya sebanyak itu?” kata Adit.“Ya iya lah! Beritamu itu ditayangkan di semua stasiun TV, dan sampai sekarang masih jadi trending topik. Padahal sudah lewat… eh, nggak juga sih. Tinggal persidangan Pak Guntur di kasusnya yang lain. Aku sampai

Last Updated : 2025-11-19

Ikut Vera

Adit memegang tangan Clara, pegangan biasa, tanpa tekanan khusus, tanpa niat apa-apa. Jemarinya terasa dingin di telapak Clara yang hangat. Clara menangkap tatapan Adit, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu yang sudah ditahannya sejak tadi."Aku tahu kamu merahasiakan sesuatu," kata Clara sambil sedikit memiringkan kepalanya, senyum tipis bermain di sudut bibirnya. "Ayo dong. Aku cuma penasaran aja nih!"Kali ini Clara benar-benar merayu. Tatapan matanya melembut, alisnya terangkat sedikit; ekspresi wajah yang sudah ia latih ribuan kali di depan kamera. Aktingnya sempurna. Ia tahu bagaimana membuat orang luluh. Ia tak boleh gagal kali ini. Rasa penasarannya sudah di ubun-ubun.Adit menghela napas panjang, bahunya turun. "Kak…" suaranya ragu, seperti orang yang berdiri di tepi jurang harus memutuskan untuk melompat atau tidak."Ayo dong…" desak Clara, kali ini dengan nada yang lebih lembut, hampir berbisik. Jemarinya menggenggam sedikit lebih erat.Adit masih memegang tangan Clara. I

Last Updated : 2025-11-21

...

21 22 23 24 25 26

SCAN CODE TO READ ON APP