All Chapters of Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar: Chapter 21 - Chapter 30

Pagi ini, Ivy dikejutkan dengan kedatangan ‘si merah’ setelah ia sarapan. Belum pulih rasa sakit yang disebabkan oleh Evan, sekarang ia harus merasakan sakit perut karena menstruasi. Ivy memilih untuk berbaring di tempat tidurnya dengan mengompres perut menggunakan air hangat. “Kenapa kalau mens hari pertama selalu sakit?” keluh Ivy sambil menekan-nekan perut.Ivy yang awalnya akan pergi ke toko hari ini kembali menundanya. Hingga siang hari, perutnya tetap tidak membaik sehingga Ivy memilih untuk membeli jamu yang biasanya ia minum. Warung yang menjual jamu tersebut tidak jauh, hanya berjarak 5 rumah dari rumahnya. Ivy berjalan menuju pintu rumah untuk membeli jamu, namun saat ia baru akan membuka pintu, ia dikejutkan dengan dua orang laki-laki yang sedang duduk tepat di depan rumahnya. Kedua laki-laki tersebut mengenakan setelan berwarna hitam. “Mereka siapa si?” gumam Ivy penasaran.Ivy bingung bagaimana laki-laki asing tersebut bisa masuk ke halaman rumahnya? Padahal gerbangny

Setelah dua minggu, akhirnya hari ini Ivy akan pindah ke rumah Evan. Ivy berkeliling ke rumah yang telah ia tinggali selama satu tahun terakhir. Ada rasa sedih untuk meninggalkan rumahnya karena rumah ini ia bangun dengan uang hasil jerih payahnya sendiri. “Ngga usah terlalu sedih, besok-besok juga kamu bisa kesini lagi,” ujar Evan yang berdiri di sebelah Ivy. “Mas Evan ngga paham!” seru Ivy lalu pergi meninggalkan Evan. Walaupun ia merasa geli memanggil Evan dengan sebutan ‘mas’, tapi kini ia sudah mulai terbiasa. Evan menyusul Ivy yang sudah berada di depan rumah. Wanita itu masih terlihat sedih dan Evan berusaha memaklumi. “Aku pergi dulu ya, aku bakal sering-sering mampir ke sini,” ucap Ivy sambil mengelus-elus tembok luar rumahnya. Setelahnya ia masuk ke dalam mobil dengan hanya membawa diri karena barang-barang Ivy sudah lebih dulu dibawa oleh Hendrik dan Andre. Evan yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya. Ia lalu menutup gerbang dan kemudian ikut masuk ke dalam mob

Esok paginya, Ivy keluar dari kamarnya sekitar pukul enam pagi. Ia turun menuju dapur untuk mengambil air minum, di sana sudah ada tiga pelayan perempuan yang sedang memasak.Begitu menyadari kedatangan Ivy, semua pelayan langsung menghentikan aktivitasnya dan menyapa Ivy.“Selamat pagi nyonya,” sapa seorang pelayan yang bernama Juni, Ivy tahu dari name tag yang dipakai.“Pagi,” balas Ivy ramah.“Kalian lagi bikin apa? Mau dibantuin ngga?” tanya Ivy menawarkan diri.“Kami lagi bikin sarapan nyonya, biar kami saja yang memasak,” jawab salah seorang pelayan yang bernama Nilam.Ivy mengangguk pelan, ia kemudian membuka lemari es dan meminum segelas air putih. Setelahnya, Ivy memutuskan untuk mengelilingi rumah Evan. Rumah Evan begitu luas bahkan terdapat kolam renang yang berada di luar rumah tersebut. Ivy pun memutuskan untuk duduk di sebuah kursi yang menghadap langsung ke arah kolam renang. Tak disangka, Ivy melihat Evan yang sedang berenang. Evan sepertinya tidak melihat dirinya ka

Ivy kembali ke rumah ketika hari sudah sore. Setelah tadi ia mengobrol dengan Naufal, Ivy juga harus mengurus hal lain dengan karyawannya. Ketika Ivy memasuki halaman rumah, tampak beberapa pelayan sedang menyirami tanaman. Ia melangkah mendekat ke arah mereka. Pelayan yang menyadari kehadiran Ivy pun menghentikan aktivitasnya sejenak. "Selamat sore nyonya, nyonya baru sampai?" sapa seorang pelayan. "Sore, iya baru, Mas Evan udah pulang?" tanya Ivy ramah. "Sudah dari siang nyonya," jawab pelayan sopan. "Sekarang lagi dimana?" tanya Ivy lagi. "Sekarang tuan lagi ada di kamar, nyonya," jawab pelayan. Ivy mengangguk lalu pergi ke dalam rumah setelah mengucapkan terima kasih. Ivy membuka pintu kamar secara perlahan, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Saat ia sudah masuk ke dalam kamar, ia tidak melihat keberadaan Evan. Ivy pun mencari Evan di kamar mandi, namun hasilnya nihil. Karena tidak mau ambil pusing, Ivy pun memutuskan untuk pergi mandi untuk menyegarkan pikirannya.

Ivy langsung mengirimkan pesan kepada Naufal bahwa besok ia bisa pergi ke pameran. Tak sampai lima menit, Naufal sudah membalas pesannya. Naufal : Oke, mau dijemput dimana?Ivy tampak berpikir sejenak sebelum membalas pesan dari Naufal. Ia tidak mungkin membiarkan Naufal menjemputnya ke rumah ini karena pasti Evan akan marah. Selain itu juga kemungkinan besar Evan akan menyuruh supir untuk mengantarnya. Akhirnya Ivy mengirimkan pesan kepada Naufal kalau mereka akan langsung bertemu di sana. Tanpa menunggu balasan dari Naufal, Ivy langsung menutup ponselnya. Ia lalu membuka lemari untuk memilih baju yang akan dipakai besok. Sudah hampir satu jam tapi Ivy belum juga menemukan pakaian yang akan dipakainya besok. Begitu banyak pakaian membuatnya semakin bingung untuk memakai yang mana. “Duh, bingung banget sih padahal cuma pergi ke pameran doang,” keluh Ivy.Karena Ivy sudah lelah, ia akhirnya memutuskan untuk memakai atasan blouse oversize berwarna abu-abu dan celana kulot berwarna