Setelah pulang dari makam Adrian, Rachel tak langsung kembali ke butik atau rumah. Ia memutar mobilnya menuju pantai kecil di pinggiran kota, tempat ia dulu sering menghabiskan waktu saat hatinya gelisah. Angin sore menerpa wajahnya, menyibakkan helai rambut yang terlepas dari sanggulnya. Rachel duduk di bangku kayu yang menghadap laut, membiarkan pikirannya melayang bersama debur ombak.Sudah terlalu lama ia menyimpan luka. Terlalu lama ia memendam kemarahan, kekecewaan, dan ketakutan. Tapi hari itu, di hadapan pusara Adrian, Rachel merasa seperti dibebaskan dari beban yang selama ini mengikatnya. Ia menangis, bukan karena lemah, melainkan karena akhirnya ia punya keberanian untuk mengakui bahwa dirinya juga pernah salah, juga pernah terluka, dan juga ingin menebus semuanya.“Aku tak ingin lagi menjadi istri yang lupa diri,” gumam Rachel pada dirinya sendiri.Ponselnya bergetar. Pesan masuk dari ibunya: “Ibu rindu. Kalau kau sempat, pulanglah. Rumah ini terlalu sunyi tanpa tawamu.”
Last Updated : 2025-06-15 Read more