Besok paginya, Harika muncul di pantry dengan senyum mengembang dan bungkusan besar di tangan. “Januar!” serunya ceria. Januar, yang sedang menikmati roti isi dan spreadsheet pajak, mendongak seperti rusa tertangkap lampu sorot. “Eh, Harika? Tumben pagi-pagi udah ceria kayak unicorn kena kafein.” “Karena aku bawa ini.” Ia membuka bungkusan—isi lima cup kopi spesial dari kafe mahal lantai dasar dan sekotak donat yang biasanya hanya muncul saat ulang tahun direksi. “Siapa yang kamu racuni hari ini?” tanya Januar curiga. “Kamu. Maksudku, bantu aku sedikit aja, ya? Please? Nggak bakal ngerepotin! Cuma butuh kamu lacak satu email jahat dan kemungkinan pelakunya.” Januar menatap donat, lalu kopi, lalu Harika, lalu donat lagi. “Kopi ini latte gula aren tiga shot espresso?” “Dua shot, tapi ada bonus senyuman manis dari aku,” ujar Harika sambil kedip sebelah. Januar menyerah. “Fine. Tapi kalau aku masuk lubang kelinci teknologi hitam karena kamu, setidaknya aku kenyang.” Dua jam kemud
Terakhir Diperbarui : 2025-06-02 Baca selengkapnya