Harika menunduk dalam, wajahnya memanas. Ia tahu ia baru saja membuat kecerobohan yang mungkin akan sulit ditarik kembali. Untuk menutupi rasa gugupnya, ia tiba-tiba bersuara dengan nada lebih ceria dari seharusnya, "I-iya, Kek. Maksudku rahasia itu kan kayak… kayak nasi goreng. Kalau kepanasan, ya lama-lama gosong sendiri. Jadi nggak perlu dibuka-buka lagi, biarin aja gosong, nanti juga habis sendiri!" Ratih spontan menoleh dengan wajah tercengang. "Nasi goreng apa?" Harika langsung menepuk dahinya. "Astaga, maksudku bukan nasi goreng, maksudku rahasia! Rahasia itu kayak… eh… kayak… eeeh...balon! Kalau ditiup terus nanti meledak! Nah itu maksudku, Kek!" Pak Gunawan menaikkan alisnya, menatap cucunya lama. "Kamu ini bicara makin ngawur." Harika cengar-cengir kikuk, "Hehe iya, kan aku lapar, Kek. Jadi kepikiran nasi goreng." "Padahal tadi kamu baru saja makan sepiring penuh," sela ibunya lirih sambil menggeleng. Wajah Harika makin merah, kali ini karena malu. "Iya sih, tapi kan e
Terakhir Diperbarui : 2025-08-30 Baca selengkapnya