Begitu pintu tertutup dan suara langkah berat Axel menghilang di balik lorong, suasana ruangan kembali sunyi. Namun, bukan sunyi yang damai. Sunyi itu penuh dengan napas tertahan, degup jantung yang masih belum stabil, dan tentu saja raut wajah polos yang menyimpan sejuta rasa ingin tahu.Livia menghela napas panjang, lalu menatap Zayn dengan ekspresi yang campur aduk antara lega, geli, dan trauma ringan.“Zayn…” gumamnya pelan, merangkak pelan ke sofa, lalu meringkuk di atasnya seperti seekor anak kucing yang baru lolos dari kejaran anjing galak.“Hmm?” Zayn bahkan tak menoleh, jemarinya masih lincah membuka dokumen dan membaca isi file yang ditinggalkan Axel.“Kenapa kamu nggak cari kaki tangan yang mukanya kayak… idola K-pop gitu? Yang kalau datang ke kantor, aku senang, bukan deg-degan kayak lagi nunggu hukuman mati…”Zayn akhirnya menoleh, bibirnya terangkat sedikit membentuk senyum kecil.“Karena dunia yang aku jalani ini bukan drama remaja, Livia,” ujarnya tenang. “Orang sepert
Terakhir Diperbarui : 2025-05-19 Baca selengkapnya