Semua Bab Pemuas Nafsu Liar Majikanku: Bab 41 - Bab 50

Pria paruh baya itu tersenyum senang, siapa sangka anaknya benar-benar jatuh hati dengan anak sahabatnya. Mesipun terlambat setidaknya mereka bisa bersama. “Kelihatanya kamu sangat mencintai Alea.” Ujar Papa sambil menatap Adrian. “Sangat Pa, Alea begitu baik, perhatian, penurut berbeda sekali sama Gina.” Adrian terus memuji Alea membandingkannya dengan Gina di hadapan sang Papa. "Gina sangat ambisius akan karirnya." Sahut Papa. Pria itu teringat akan sikap Gina ketika dia meminta memantunya itu untuk tidak bekerja. Adrian dan Papanya asik mengobrol hingga tak terasa malam semakin larut. “Tidurlah sudah malam, Alea pasti menunggumu.” Kata Papa. “Papa tahu jika Adrian tidur di kamar Alea.” Adrian mengusap tengkuknya, dia kira kedua orang tuanya tidak tahu aksinya setiap malam. “Papa juga pernah muda.” Sahut sang Papa sambil tertawa. Adrian bergegas kembali ke kamar, saat dia masuk, ternyata Alea sudah tidur. Ingin sekali meniduri kekasihnya tapi melihat wajahnya yang lelah A

“Sayang malam ini ikut aku bertemu klien.” Kata Adrian. Alea yang sedang sibuk dengan laptopnya perlahan mengalihkan pandangan. “Kenapa tidak bersama Pak Andra Mas.” Sahut Alea. “Andra ada urusan jadi aku mengajakmu saja." Jelas Adrian.. Tak ingin menolak permintaan Adrian, Alea pun setuju menemani calon suaminya. Di ruang VIP restoran mewah mereka kini berada. Alea dan Adrian menunggu klien mereka yang tak kunjung datang. “Mas klien kamu lama sekali.” Sudah setengah jam menunggu tapi klien Adrian belum juga datang. “Iya lama sekali, kata asistennya dia sudah otw tapi entah kenapa masih belum datang.” Ujar Adrian. Tak selang berapa lama, Seorang pria tampan dengan wajah datar datang. “Maaf telat tadi macet.” katanya. Melihat pria itu, Adrian dan Alea saling tatap. Wajah pria itu cukup familiar tapi ketemu dimana? Beberapa waktu mengingat, kini Adrian tahu jika pria yang ada di hadapannya adalah pria yang malam itu bersama Gina. “Kamu!” Adrian menatap lekat rivalnya. “Kamu

Bab 44Menyangkal seperti apa tapi itulah kenyataannya. Alea memang seorang CEO. Setelah membalas Gina, Alea mengajak Adrian pulang. Meski dia malu tapi Gina jauh lebih malu. “Seharusnya tadi aku ungkap sekalian hubungannya dengan Aiden!” Maki Adrian. “Kita tak boleh menyinggungnya Mas, Aiden adalah penguasa, bisnisnya dimana-mana.” Ucapan Alea ada benarnya, Aiden orang yang paling berpengaruh.Di sisi lain setelah pestanya usai, Aiden memanggil Gina ke kamar hotelnya, pria itu marah karena Gina telah membuat keributan di pestanya. Plak… Gambar tangan terlukis di pipi Gina. “Siapa dirimu, beraninya membuat keributan!” Pria itu sangat marah, andai Gina bukan budak ranjangnya mungkin sudah lenyap malam ini juga. “Maafkan saya Pak.” Sahut Gina menyesal. Dia terus memohon pada Aiden untuk dimaafkan. “Baiklah tapi lakukan satu hal yang bisa membuat amarahku hilang.” Titah Aiden sambil menatap Gina. Apalagi yang Aiden inginkan selain kepuasan. Tanpa kata, Gina langsung saja memu

‘Sayang ada hal penting yang aku bicarakan, datanglah ke kantorku.’Mendapatkan pesan dari Adrian, Alea jadi bingung, tumben sekali Adrian memintanya datang ke kantor. “Apa Mas Adrian ada masalah ya.” Tak mau menerka-nerka Alea beranjak dari tempat duduknya. Dia segera memerintahkan Arkan untuk mengantarnya ke M.A Grup. “Mas ada apa? Kenapa memanggilku?” Dia berjalan mendekat ke arah meja Adrian. “Kemarilah.” Adrian menepuk pahanya. Isyarat untuk Alea agar mendekat. “Aku rindu.” Bisiknya setelah Alea duduk di pangkuannya. Alea menghela nafas, dia datang membawa kekhawatiran sementara calon suaminya hanya menginginkan hal ini?“Mas ini kantor.” Tangannya menahan tubuh Adrian. “Bukankah kita pernah melakukannya disini?” Tangan Adrian menyusuri leher Alea, melepas satu persatu kancing baju calon istrinya. Melihat benda yang menyembur keluar saliva Adrian mengucur deras dengan rakus dia langsung memakannya. Saat bersamaan pintu ruangannya diketuk, “Pak Adrian saya dari divisi k

Rasa bahagia Aiden rasakan, bertahun-tahun dia mencari informasi tentang adiknya dan kini Tuhan telah mempertemukan kembali. Esok harinya dia memanggil Arthur, dia ingin memastikan sendiri informasi yang asistennya dapat. “Nona Alea anak Pak Adam meninggal dalam kecelakaan itu Tuan, mereka mengadopsi Nona Lili dan menjadikannya Alea. Ini hasil pemikiran saya, untuk lebih jelasnya anda bisa melakukan tes DNA.” Jelas Arthur. Tak perlu melakukan tes DNA Aiden sudah yakin kalau Alea adalah Lili. Mereka memiliki banyak kemiripan. Mata Alea hingga caranya tersenyum tak hanya itu Lili sangat suka jus stroberi begitu pula dengan Alea. “Biar semakin jelas saja Tuan.” Sahut Arthur. “Baiklah, nanti aku bicara dulu sama Lili. Tapi jangan ungkap kebenarannya dulu.” Pinta Aiden. Mengingat Alea akan datang ke kantornya, Aiden meminta Arthur untuk menyiapkan banyak makanan, tak lupa jus stroberi kesukaan sang adik. Setelah Alea datang, Aiden langsung memeluk adiknya, matanya membasah, rasa ha