“Kamu pikir aku akan terus diam setelah semua yang kamu lakukan, Lis?” Suara Rigen menggema di udara malam, tajam dan berat, seperti petir yang membelah langit. Ia berdiri di ambang pintu rumah besar keluarga Ataraka, tepat di ruang utama tempat Elisabeth duduk dengan segelas anggur di tangan, tampak tenang seolah tidak pernah berbuat dosa. Elisabeth mengangkat wajahnya. Tatapannya tidak goyah. Senyum licik itu tetap menghiasi bibirnya. “Kalau kamu datang untuk menyalahkanku, silakan. Aku sudah terbiasa menjadi kambing hitam dalam hidupmu," ucapnya. Rigen melangkah masuk, matanya menyala penuh amarah. “Kambing hitam? Kamu hampir membunuh ibu dari anakku, Lis!” “Ariella yang lemah itu memang selalu mencari simpati. Aku hanya menunjukkan kenyataan. Sejak awal, kamu dan dia tidak pernah cocok,” balas Elisabeth, nada suaranya penuh ejekan. Rigen menghantam gelas anggur Elisabeth hingga pecah berkeping di lantai. “Aku diam selama ini karena aku masih mengingat bahwa kau sepu
Last Updated : 2025-07-23 Read more