Aku tidak tahu harus menjawab apa, karena seluruh tubuhku sudah bergetar dalam antisipasi. Aku menatapnya dengan gugup. Jarak kami begitu dekat, aroma khasnya memenuhi inderaku, membuatku sulit berpikir jernih. "Tidak menjawab? Aku anggap itu izin, Istriku," ucapnya sambil tersenyum miring. Kubuka mulut untuk protes, tapi Rigen sudah lebih dulu membungkuk, bibirnya mengecup keningku lembut. Satu tangannya masih memegang daguku, sementara yang lain melingkari pinggangku, menarikku semakin dekat ke tubuhnya. "Kamu wangi," gumamnya pelan di telingaku, suaranya terdengar begitu menggoda. Aku bisa merasakan panas menjalar di pipiku. "Rigen, makan malam kita belum selesai..." bisikku, mencari alasan agar bisa sedikit menjauh. "Aku lebih tertarik padamu dibandingkan makanan," jawabnya tanpa ragu. Jantungku berdebar lebih cepat. Aku mencoba mendorong dadanya, tapi dia justru mempererat pelukannya, membuat tubuh kami hampir tanpa celah. "Jangan lari," bisiknya sebelum mencium pi
Last Updated : 2025-06-04 Read more