Dua jam berlalu, di ruangan kerja yang dipenuhi rak buku tua dan lukisan keluarga, Cameron berdiri membelakangi pintu. Bahunya tegap, tapi sorot matanya mulai goyah. Di tangannya, segelas scotch yang belum tersentuh. Matanya menatap keluar jendela, ia masih memikirkan perkataan sang istri belum lama ini. Pintu terbuka. Victoria masuk perlahan, membawa dua gelas anggur. Seperti biasa, penuh perhitungan dan keanggunan yang berbahaya.“Aku tahu kau belum tidur,” ucapnya pelan, menaruh gelasnya di meja marmer. “Kau selalu begini saat merasa kalah.”Cameron tak menjawab. Ia hanya menatap gelas di tangannya. Lalu menghela napas panjang.“Caspian kembali, membawa satu nama yang selama ini tidak kita kenal, dan tiba-tiba dunia harus tunduk padanya,” gumamnya, lebih seperti berbicara pada diri sendiri.Victoria mendekat, menyentuh lengannya pelan. “Kau lupa seberapa keras kamu berjuang dulu, sayang, saat kakakmu masih koma, dan ayahmu masih hidup. Kau hanya anak kedua. Tapi kau berdiri, mengg
Last Updated : 2025-05-31 Read more