All Chapters of Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan: Chapter 81 - Chapter 90

93 Chapters

81. Harus Konsultasi?

Vina terdiam mendengar permintaan Dylan. Terbayang saat ia hamil hingga melahirkan Clara. Bukan saat yang mudah, walau ia berhasil melewatinya.Vina bersandar pada pinggiran kolam dan menatap suaminya. “Pasti kamu mau anak laki-laki.”Dylan menggeleng. “Nggak juga. Terserah mau jenis kelamin apa saja. Yang penting banyak.”“Hah?” Vina mengangkat kedua alisnya. “Banyak itu berapa?”“Lima? Rumah ini akan sepi jika kita hanya memiliki satu atau dua anak saja, bukan?”“Apa kamu tau kalau wanita melahirkan sakitnya sama saja seperti dua puluh tulang dipatahkan secara bersamaan?”Dylan balas menatap Vina dengan wajah ngeri. Ia belum pernah mendengar informasi yang Vina ucapnkan, namun rasanya tidak mungkin sang istri berbohong.Vina naik ke atas kolam, diikuti Dylan. Ia mengelap tubuhnya dengan handuk tebal dan mengeringkan rambut dengan handuk yang sama.“Apa kamu kesakitan sekali saat melahirkan Clara?” Dylan berjalan di sisi Vina. Kedua berjalan masuk ke dalam rumah.Di kamar mandi, saat
last updateLast Updated : 2025-05-04
Read more

82. Direktur Butik

Clara menghampiri dengan tampilan modis. Celana panjang, kardigan dan sepatu sport. Rambutnya diikat dua dengan poni tipis."Cantiknyaa, putri daddy." Dylan dengan gemas mengangkat tinggi sang putri yang tergelak.Setelah Clara diturunkan. Anak cantik itu masih penasaran karena pertanyaannya tidak dijawab."Mommy dan daddy bertengkar? Nggak boleh, ya. Nanti kaya teman Ara. Katanya kalau orang tua suka bertengkar nanti cerai!"Wajah Clara tampak serius menatap kedua orang tuanya. Vina dan Dylan langsung berpandangan. Kepala Dylan menggeleng keras.“Tidak, tidak. Mommy dan daddy hanya ngobrol biasa. Bukan bertengkar.”“Ya, sudah. Ini daddy minta maaf sama mommy.” Dylan mencium pipi Vina dan meminta maaf.Vina mengangguk. Clara tampak tersenyum puas. Tamara sampai tertawa melihat pemandangan di depannya.“Nanti kalau Ara pergi, jangan berantem lagi, ya.” Clara berpamitan lalu melambai pada orang tuanya.“Iyaa.” Vina dan Dylan mencium pipi putri mereka dan membiarkan Clara pergi dengan Ta
last updateLast Updated : 2025-05-05
Read more

83. Gosip di Kamar Mandi

Entah Dylan sengaja atau memang spontanitas. Wajahnya tampak santai saja memberi informasi yang membuat shock semua orang di dalam ruangan.Bahkan beberapa dari mereka tampak terkekeh, seolah tak percaya. Dylan masa bodoh dengan tanggapan tersebut.Saat Vina masuk, ia langsung merasakan hawa yang berbeda. Ia sudah mengganti pakaian. Vina membantu Dylan mengenakan jasnya kembali."Kenapa lama, Chagiya?" Dylan bertanya pelan, namun masih terdengar oleh beberapa orang di ruangan.Vina terkejut mendengar panggilan itu, namun berusaha santai. "Aku telepon Clara dulu."Dylan mengangguk. "Putri kita baik-baik saja?"Astagaa. Vina menatap wajah Dylan tanpa berkedip. Apa Dylan sengaja? Padahal tadi ia hanya menyebut nama saja.Sepertinya wajah-wajah di ruangan itu pun penasaran mendengar jawaban Vina. Apalagi mereka juga semakin shock mengetahui Dylan telah memiliki putri dengan Vina.Vina hanya tersenyum tipis. Lalu pura-pura mengecek ponsel. Ia melihat ada satu panggilan tidak terjawab."Maa
last updateLast Updated : 2025-05-05
Read more

84. Tiba-Tiba Diserang

Vina dan Dylan tiba di rumah Tamara untuk me jemput Clara. Putri kecil mereka itu sudah tidur. Dylan membopongnya ke mobil.‘Kalian kan besok pagi sudah pergi. Kenapa Clara tidak menginap saja?” tanya Tamara.“Justru karena kami mau pergi dua hari, jadi harus berpamitan pada Clara, Kak.” Vina menyahut.“Ya, sudah. Besok kakak saja yang jemput Clara, daripada kalian ke sini lalu ke bandara. Akan makan waktu.”“Oke, Kak. Terima kasih.”Vina dan Dylan berpamitan. Dylan memangku Clara yang tetap tidur. Vina mengusap sayang wajah Clara.Seperti dejavu. Kejadian yang berulang lagi. Saat ia sibuk bekerja dan Clara ditinggal bersama Rere.Mau sedih, tetapi Vina tetap memiliki rasa syukur. Paling tidak, sekarang ia memiliki suami yang ia bagi kegalauan hatinya.Malam itu, Vina minta Dylan untuk membaringkan Clara di tempat tidur mereka. Ia ingin tidur bersama putrinya. Dylan mengangguk setuju.Clara tidur di antara orang tuanya.“Apa benar Clara mirip sekali dengan Kak Tama saat kecil?” Vina b
last updateLast Updated : 2025-05-05
Read more

85. Senyum yang Hilang

Sejak peristiwa serangan di bandara, wajah ramah Dylan seperti hilang. Jika tersenyum, bibirnya hanya melengkung sedikit.Interview dilakukan Dykan dengan serius. Ia sama sekali tidak tertawa saat diajak bercanda. Bahkan terkesan ingin cepat-cepat mengakhiri wawancara.Meski tetap profesional, semua orang di sekelilingnya sadar, Dylan berubah."Aku nggak papa, Re." Vina berucap pelan saat sang adik menanyakan kabarnya."Aku yakin itu bukan Goldies. Pasti fans fanatik yang termakan isu pernikahan Lano.""Iya, Dylan juga bilang begitu. Sekarang agensi sedang rapat besar membahas masalah ini. Aku jadi nggak enak hati.""Nggak usah merasa begitu, Kak. Lano itu aset perusahaan. Jadi, apa pun yang terjadi pada Lano dan sekitarnya, pasti akan diperhatikan."Vina dan Rere akhirnya memutuskan perbincangan. Sambil menunggu Dylan, Vina membuka laptop dan bekerja online.Sampai akhirnya Dylan datang dan menghampiri Vina. Lelaki itu mengecup puncak kepala sang istri dan duduk di sampingnya."Apa m
last updateLast Updated : 2025-05-05
Read more

86. Lebih Pendiam

Vina hanya diam sepanjang perjalanan pulang. Ia tak tau harus bagaimana menghadapi masalah ini. Tapi, rasanya tidak benar juga menitipkan Clara pada Tamara.Sementara Dylan sangat mendukung ide kakaknya. Dylan mengaku masih shock karena musibah yang didapat Vina. Jadi, menurutnya Clara akan lebih aman bersama Tamara.Untuk ini, Vina setuju. Walau sebenarnya, ia ingin mengajukan pendapat agar Dylan mencari manager lain hingga ia tidak perlu ikut Dylan ke mana-mana dan bisa mengurus Clara.Namun, Vina yakin, Dylan tidak akan setuju.Hingga malam harinya, Vina tidak dapat tidur. Ia turun perlahan dari ranjang dan pergi ke kamar Clara. Vina berbaring dan tertidur di sana sambil meneteskan air mata.Dua jam kemudian, Vina terjaga. Terduduk di ranjang dan menatap kamar sang putri dengan hati gundah. Vina kembali ke kamar utama.Sejak hari itu, Dylan dan Vina berubah menjadi lebih pendiam.**“Chagiya, kepalaku sakit.” Dylan mengeluh saat sarapan.Vina menatap suaminya yang memegangi kepala.
last updateLast Updated : 2025-05-06
Read more

87. Tersisihkan

Avrie menghadang mereka. Dylan dengan santai tetap menggenggam tangan Vina."Kami ada meeting lain.""Begitu." Terang-terangan, Avrie menatap tangan Dylan dan Vina yang saling bertautan. "Kalian ada hubungan apa?""Bukan urusanmu, Avrie " Dylan mendengus pelan."Jangan begitu, Lano sayang. Demi kebersamaan kita dulu. Biar bagaimanapun, aku pernah menjadi wanita yang kamu genggam seperti itu." Avrie mengerling manja.Jelas, Avrie ingin membuat Vina panas. Tetapi, untuk satu ini, Vina sudah menguatkan batin. Ia amat tau, Dylan pernah menjalin asmara dengan beberapa wanita."Dan itu sudah berlalu. Aku tidak perlu lapor denganmu, bukan? Permisi." Dylan meraih pinggang Vina dan mendorongnya pelan agar berjalan menjauhi Avrie.Di dalam mobil, Vina menatap ponselnya yang berdenting sekali. Ia mendapat pesan dari Avrie.“Jangan tinggi hati. Paling Lano hanya memanfaatkanmu saja seperti yang ia lakukan padaku dulu. Meskipun pernah tidur dengan Lano, tetap saja itu tidak membuat ia bertahan.”V
last updateLast Updated : 2025-05-06
Read more

88. Hubungan Tegang

Vina menatap layar ponsel. Avrie baru saja mengiriminya beberapa foto. Dylan sedang menghabiskan waktu di sebuah club malam terkenal.“Mengenang masa lalu.” Avrie menulis pada sebuah fotonya yang berpelukan dengan Dylan. Embusan napas panjang keluar dari hidung Vina. Begitulah hidup gemerlap seorang selebriti, bukan? Akhirnya ia melihat Dylan bersenang-senang layaknya seorang pesohor.Dengan perasaan tak menentu, Vina memblokir nomer Avrie.Tatapan Vina jauh keluar jendela. Tidak ada apa-apa di depannya. Ia hanya memandang dengan tatapan kosong,“Apa Clara saat ini juga sedang memandang langit yang sama di perkemahan?” Vina menggumam dalam hati. "Seandainya kamu di sini, Clara. Padahal, mommy sedang butuh kamu sekarang."Akhirnya Vina menggunakan jaket tebal. Ia membuka balkon dan menarik kursi ke sana. Vina duduk sambil memandang langit pekat.Air matanya mengalir ke pipi. Vina pun tidak bersusah-susah menghapusnya. Biarlah langit saja yang tau bahwa ia sedang meratapi nasib.Ia sud
last updateLast Updated : 2025-05-06
Read more

89. Cemburu

"Aku meneleponmu berkali-kali, Chagiya. Teleponmu sibuk terus. Apa tidak ada notifikasi telepon masuk? Atau kamu sengaja tidak mengangkat teleponku?"Dylan mendengus kasar. "Saat kulihat teleponmu tadi pagi, baru aku ngerti kenapa kamu asyik sekali bicara di telepon!"Vina sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bicara. Dua kali sudah, ia melihat sisi Dylan yang egois dan tidak mau kalah.Saat pertemuan pertama mereka, Dylan juga dengan pongahnya meminta ia bekerja di bawah ancaman.Percuma bukan ia membela diri? Tenaga dan emosinya bahkan terkuras hanya dengan mendengar Dylan marah-marah.Vina hanya mematung di depan Dylan. Entah kenapa jahitan di tangan Vina jadi terasa nyeri sekarang.Tak bermaksud mengalihkan amarah Dylan, Vina menatap lalu memegang lengannya. Karena terburu-buru, pagi ini ia lupa mengganti perban.Begitu melihat Vina meringis sambil memegangi lengan, Dylan menghela napas lalu duduk di kursi kebesarannya.Sekilas, Vina menatap Dylan. "Aku -- ganti perban dulu. T
last updateLast Updated : 2025-05-06
Read more

90. Cinta dan Cemburu

Kedua alis Vina terangkat tinggi mendengar ucapan Dylan. Cemburu? Benar-benar lelaki yang tidak pengertian.“Aku tidak melakukan apa pun dengan Anton. Ia hanya mengabari keadaan Allysa. Itu saja.” Vina mencoba menjawab datar.“Mengabari keadaan Allysa sampai berjam-jam? Ayo lah, Chagiya. Aku juga lelaki. Jika aku menelepon wanita malam-malam lebih dari satu jam, aku pasti suka dengan wanita itu.”Kepala Vina menggeleng pelan. “Anton tidak begitu.... ““See,” potong Dylan cepat. “Kamu membelanya terus!”Ingin rasanya Vina menbentak Dylan. Tapi, ia bukan wanita tempramental. Sejak dulu, Vina memang lebih memendam perasaannya.Karena tidak ingin menangis di depan Dylan, Vina segera berbalik badan.“Aku tidur di kamar Clara saja.” Vina membuka pintu di depannya.“Brak!”Tangan Dylan menutup pintu di depan Vina membuat Vina tersentak pelan. Dylan lalu memeluk Vina dari belakang dan menenggelamkan wajahnya di rambut sang istri.“Tidak. Jangan pergi, Chagiya. Aku tidak suka pertengkaran ini.
last updateLast Updated : 2025-05-07
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status