Rasa bersalah membuat Yanti benar-benar tak tenang. Semakin dia berbicara, suaranya semakin kecil.Setelah Yanti selesai bercerita, Aura mengangguk pelan, lalu menoleh ke Parviz. "Kakek, memang seperti yang dia katakan."Begitu kata-katanya keluar, semua orang di ruangan terdiam. Tidak seorang pun menyangka Aura akan mengakui hal itu dengan begitu terbuka.Roy mengangkat alis, melirik Aura. Baru saja hendak berbicara, suara berat Parviz yang sarat dengan amarah lebih dulu terdengar. "Aura, apa benar semua yang dia katakan?"Dengan tenang, Aura menoleh pada Parviz. "Kakek, kalau soal usia, aku memang lebih tua daripada Yanti. Yang dia katakan itu benar atau nggak, itu bukan hal penting. Sebagai kakak, aku nggak masalah kalau menggantikannya menerima hukuman."Jadi ternyata, siasat Yanti hanyalah ini. Aura sempat mengira itu strategi yang hebat.Setelah berkata demikian, dia terdiam sebentar, lalu menengadah pada Parviz dengan senyuman getir. "Kakek, sejak ibuku meninggal, ibu tiriku mas
Read more