Yanti terhenti sejenak, lalu berkata, "Temanku bilang, dia melihat ... melihat ...."Melihatnya terbata-bata, sepasang alis Parviz yang agak memutih sedikit mengerut. "Kalau belum tahu mau bilang apa, pulang saja dulu. Kalau sudah siap, baru datang lagi."Suara Parviz berat, jelas dia tidak terlalu sabar mendengar omongan Yanti.Yanti menggigit bibir dan menggertakkan giginya. Dia tidak mengerti. Jelas dia dan Roy adalah cucu kandung Parviz, tetapi kenapa Parviz lebih melindungi Aura? Dia sangat cemburu.Di rumah ini, semua generasi muda mendambakan perhatian Parviz. Namun, di antara mereka, hanya Roy yang mendapat pengakuan dari Parviz, yang lain tampak tidak penting baginya.Awalnya semuanya hampir sama saja, tetapi sejak Aura datang, Parviz memperlakukan Aura dengan berbeda. Yanti tidak mengerti."Kakek, temanku bilang dia melihat Aura ... maksudku Kak Aura sama ...."Parviz mendengus, matanya menyipit. "Melihat Aura sama siapa?"Yanti bergumam, "Melihat Kak Aura masuk ke kamar deng
Magbasa pa