“Aku tidak pernah merasa itu kesabaran,” katanya pelan. “Aku hanya … terbiasa menjelaskan.”“Tapi kau tidak pernah berhenti, meski aku lambat,” Isla menimpali, hampir seperti gumaman.Adrian mengangkat wajahnya lagi. Kali ini lebih serius. “Aku tidak merasa kau lambat.”Isla tersenyum kecil. Bukan lagi gugup atau panik seperti tadi, melainkan hangat.Beberapa detik mereka berdiri begitu saja. Cukup dekat untuk orang yang hanya berinteraksi sebagai pengajar dan murid, sangat tenang bagi orang yang tidak peduli. Mereka seperti berada di tengah-tengah perasaan dekat, tenang, dan nyaman.“Terima kasih karena sudah bilang begitu, Adrian.” Setengah tertawa pelan, Isla menatap Adrian yang tenang, namun justru membuatnya gelisah. Tatapan pria itu hangat, tapi rumit dalam waktu bersamaan.Adrian mengangguk pelan. Melirik Isla yang masih tetap berdiri di sisinya. “Sekarang aku akan mengantarkan teh ini untuk kakekmu. Kau ingin tetap duduk di sini atau—”“Oh, aku akan kembali ke kamar,” sela Isl
Last Updated : 2025-12-16 Read more