Nazharina membuka kulkas, mengeluarkan bahan dan mulai memotong. Tapi Arian datang lagi dari belakang, memeluk, dagunya bersandar di bahu.“Kak Arian,” tegur Nazharina.“Hm?”“Jangan ganggu, nanti mataku kena cabai.”“Jangan pakai cabai banyak-banyak,” bisik Arian. “Aku lebih suka rasa pedasnya dari kamu.”Nazharina mendecak, tapi senyum tak bisa disembunyikan. Tangannya terus bekerja. Bau harum memenuhi dapur.Arian lagi-lagi tak bisa diam. Tangannya masuk ke balik apron Nazharina, mengelus perutnya pelan. Bibirnya mengecup leher Nazharina, lalu menjilat daun telinga.“Ini dapur, Kak,” protes Nazharina pelan.“Justru karena ini dapur,” bisiknya menggoda. “Tempat cinta dimulai dari aroma.”Nazharina menoleh, ingin mengomel, tapi Arian cepat mencuri kecupan lembut di bibirnya. Nazharina mendorong dadanya pelan, sambil tertawa geli. “Kalau nasi goreng ini gosong, kau yang makan sendiri.”“Setengah gosong pun aku akan makan habis. Asal
Terakhir Diperbarui : 2025-06-09 Baca selengkapnya