Malam itu, setelah membanting botol parfum dari jendela, Nayla menghabiskan sisa sorenya dalam keheningan yang menyesakkan. Ia bekerja di laptopnya, mencoba fokus pada desain untuk klien baru, tapi pikirannya terus melayang. Setiap beberapa menit, matanya tanpa sadar melirik jam—menghitung berapa lama lagi hingga Galan pulang, atau mungkin, apakah dia akan pulang malam ini.Tepat pukul delapan malam, pintu apartemen terbuka. Nayla mendengar suara langkah kaki yang familiar, diikuti bunyi tas kerja yang diletakkan di meja konsol dekat pintu masuk. Seperti ritual yang telah terpatri selama bertahun-tahun pernikahan mereka."Hei," sapa Galan pelan, berdiri di ambang pintu ruang kerja Nayla. Wajahnya terlihat lelah, dasinya dilonggarkan, dan dua kancing teratas kemejanya terbuka.Nayla mendongak dari laptopnya, menatap suaminya dengan ekspresi netral yang telah ia latih sepanjang sore. "Hei. Meetingnya lancar?""Ya," Galan mengangguk, tampak sedikit ter
Last Updated : 2025-05-10 Read more