Di balik pohon, Sekar menyaksikan semuanya, matanya membesar, tubuhnya tertahan oleh ketakutan yang mendalam. Dalam hatinya, rasa bersalah semakin menekan, dan dalam pikirannya, bisikan yang sama kini menghantuinya: “Kau… juga akan memilih… darah atau pengampunan… balas dendam atau kehancuran…” Suara itu seperti gema yang menggema di dalam otaknya, mengguncang kesadarannya.Tiba-tiba, tanah di bawah kaki Satrio bergetar, retakan kecil menjalar dengan cepat, menciptakan pola yang bercahaya merah samar, seperti urat-urat panas di bawah kulit bumi. Cahaya itu bergerak seperti hidup, melingkar, membentuk simbol aneh yang seolah memancar panas. Sekar mundur satu langkah, wajahnya pucat, sementara Tan Ming menarik Satrio dengan paksa, berteriak, “Satrio, pergi!” Namun Satrio terpaku, matanya terbelalak pada simbol itu, dan tiba-tiba, suara perempuan terdengar dari dalam ke
Huling Na-update : 2025-07-04 Magbasa pa