Satrio memejamkan mata, tangannya mengepal erat, tubuhnya gemetar, dan di dalam benaknya, bayangan Citra muncul—senyumnya, suaranya, dan bisikannya yang kini hanya tinggal gema. Tapi di tengah kegelapan itu, suara lain menyusup, lembut namun jelas, seperti angin yang membawa bau laut di fajar pertama. Suara itu berkata, “Pilih, Satrio… jangan biarkan dunia terbakar oleh luka yang tak kau hentikan.”Satrio membuka mata, dan di matanya, ada bara api baru yang menyala, membara seperti semburat merah yang memecah malam kelam. Perjuangan belum selesai, dan dunia belum sepenuhnya gelap. Napasnya tertahan, tubuhnya bergetar, namun di dalam dadanya, ada gelombang tekad yang membuncah—tekanan yang berubah menjadi kekuatan, luka yang menjadi bara. Dengan rahang mengeras, dia menggenggam kain robek di dadanya, merasakan hangat darah Citra yang menodai tangannya, dan dalam diamnya, terdengar desahan
Last Updated : 2025-07-08 Read more