Hujan turun semakin deras, meneteskan air yang bercampur abu, membasahi reruntuhan pasar malam yang hancur menjadi puing-puing. Api mulai padam, namun asap tebal masih bergulung di udara, membawa aroma hangus yang menusuk, membekap dada Satrio seperti tangan dingin yang menekan keras. Dunia seolah bergeming dalam jeda yang penuh luka, di mana waktu berhenti sejenak, dan hanya denting hujan yang menimpa genting-genting patah menjadi lagu pengantar untuk duka yang tak terucap.Satrio menatap anak itu dengan dada yang mencengkeram, tubuhnya setengah basah kuyup, matanya merah, napasnya pendek-pendek seperti habis tercekik. Bocah kecil itu masih berjongkok, rambutnya menempel di wajah, kulitnya pucat, matanya—Tuhan, mata itu—terlalu dalam, terlalu tua, seolah menyimpan ribuan musim yang tak mungkin ditanggung oleh tubuh sekecil itu. Ada luka sobek di pipinya, darah mengering membentuk garis di wajah kecil yan
Last Updated : 2025-07-15 Read more