Langit Makkah membentang dengan cahaya keemasan. Angin padang gurun berhembus lembut, membawa bisikan doa yang tak berkesudahan. Di antara lautan manusia yang mengelilingi Ka'bah, Yura menggenggam tangan mungil putranya, Arya, dengan erat. Seolah tak ingin melepaskan dunia yang kini menjadi satu-satunya alasan ia berdiri tegak.“Subhanallah,” bisiknya lirih, setiap langkah mengiringi lafaz zikir yang terangkai dari kerinduan dan ketundukan. Matanya sembab oleh tangis yang ia tahan selama bertahun-tahun. Inilah perjalanan suci yang didambakan, bukan hanya ingin menyempurnakan ibadah. Aka tetapi, memanjatkan doa untuk menyelesaikan masa lalu yang masih membelenggunya. "Kenapa kamu mengajak kami ke sini? Menangkap ikan sambil berenang Arya dan Maura juga sudah senang kok," tanya Rain yang tidak suka tempat ramai seperti masjidil haram. "Entahlah aku hanya mengikuti kata hati," jawab Yura dengan santai. "Kamu benar-benar nekat Yura, pergi ke sini tanpa pemandu dan pengawal. Bisa ngamuk
Terakhir Diperbarui : 2025-06-13 Baca selengkapnya