Dengan lembut, Khailash menggenggam tangan Lura, mengarahkannya ke tengah ruangan tempat alunan musik klasik lembut mengisi keheningan. Mereka berdansa, perlahan, seolah dunia di luar tak pernah ada. Mata mereka bertaut, tidak hanya melihat, tapi memahami. Setiap gerakan adalah bahasa. Setiap helaan napas, pengakuan tak bersuara akan rasa yang tak terucap.Lura tak berkata apa-apa saat Khailash merapatkan tubuh mereka. Ia hanya mengangguk, mengikuti ritme yang dipandu oleh jemari Khailash yang kukuh tapi penuh kelembutan. Tubuhnya masih menyimpan jejak ketegangan dari pertemuan dengan Danu, tapi dalam pelukan suaminya, semuanya mencair, seakan tak pernah ada luka sebelumnya.Saat tarian usai, Khailash tidak melepasnya, melainkan menuntunnya duduk di sofa panjang ruang tamu yang elegan. Tapi mereka tak lama di sana hanya untuk duduk. Bibir Khailash menyentuh pelipis Lura, turun ke pipi, kemudian ke leher dengan kesabaran seorang pematung yang tengah menciptakan karya terbaiknya. Lura m
Terakhir Diperbarui : 2025-05-29 Baca selengkapnya