Khailas masih berdiri di hadapan Lura, menatapnya dengan sabar seolah menunggu kelanjutan kalimat yang sempat tertahan. Ia tidak terburu-buru, tidak memaksa, tapi juga tidak beranjak. Tatapan mata pria itu membuat Lura gugup, seperti tak bisa berpaling.Lura mengalihkan pandangan, menatap salah satu pot bunga lavender yang berjajar rapi di sepanjang pinggiran rumah kaca. Bibirnya sempat terbuka, tapi ia urungkan. Ini bukan waktu yang tepat, pikirnya.Tapi karena Khailas tidak beranjak dan tetap menunggu, akhirnya Lura menarik napas pelan lalu berkata, “Aku sebenarnya ingin bertanya… minggu ini, kau sibuk?”Khailas menaikkan sebelah alisnya, ekspresinya tetap tenang.“Kalau tidak sibuk,” lanjut Lura hati-hati, “aku ingin mengajakmu ke Pulau Cermai. Di sana akan ada festival bunga dan buah, hanya seminggu, dan aku sudah lama ingin melihatnya. Tapi kalau kau sibuk, tidak usah. Tidak perlu dipaksakan…”Nada suara Lura melemah di akhir kalimat. Ia tidak ingin terdengar memohon, tapi sorot
Terakhir Diperbarui : 2025-06-16 Baca selengkapnya