Begitu pintu geser kayu itu dibuka perlahan, asisten Khailash membungkuk sedikit lalu mempersilahkan Lura masuk.“Silahkan, Nyonya.”Lura mengangguk singkat, berusaha tetap tenang meski dadanya berdebar tak karuan.Langkahnya masuk perlahan ke dalam ruangan yang sunyi, hangat, dan dipenuhi aroma teh hijau yang menenangkan.Di sana, Khailash duduk bersila diatas tikar jerami halus, menghadap taman bambu hijau yang tertata rapi.Wajahnya teduh, satu tangan memegang cangkir keramik kecil, yang lain bersandar di lutut.Ia tampak seperti pria yang tidak pernah terusik oleh dunia luar—kecuali ketika ia memilih untuk terusik.Saat mendengar langkah Lura, Khailash mengangkat pandangan.Tatapan mereka bertemu.“Duduklah di sampingku,” ucapnya tenang, tapi mengandung kekuatan yang membuat Lura otomatis menurut.Ia melangkah perlahan, duduk di samping Khailash.Tapi rahangnya menegang, bahunya tak bisa berbohong—masih menyimpan ketakutan.Dan Khailash, tentu saja, melihat itu.“Yang hampir kau t
Terakhir Diperbarui : 2025-05-19 Baca selengkapnya