Harapanku agar pamanku bisa sembuh sudah berada di depan mata. Demi dia, aku tidak bisa menolak Ardi.Di saat yang sama, bau alkohol dan antiseptik membakar bibirku. Lututku mencoba menyerang tulang rusuknya, tetapi tubuhku justru semakin terhimpit di tengah jok kulit. "Patuhlah, jangan mengacaukan suasana."Suara Ardi yang serak, terdengar dari bibirnya yang beraroma propiolactone.Hujan di luar semakin deras, suaranya seperti ketukan drum yang cepat, diiringi dengan napas berat Ardi. Aku meringkuk di sudut, air mataku pun mengalir tanpa kusadari.Aku sampai di rumah sendirian.Berdiri di bawah pancuran air hangat, aku terdiam untuk waktu yang lama sekali. Hanya setelah aroma khas pria itu hilang, aku baru keluar dari kamar mandi.Aku mengatur alarm, minum melatonin, lalu tertidur lelap.Besok masih ada operasi, yaitu operasi pamanku. Aku harus tidur nyenyak agar bisa menjalankan tugas sebagai dokter anestesi.Aku harus tidur nyenyak.Keesokan paginya, aku tiba di rumah sakit seolah t
Read more