Sekarang, aku tidak punya ekspektasi apa pun pada Ardi, begitu pula dengan Rian.Aku dengan tulus mengucapkan selamat atas pertunangan Rian.Namun, bibir Rian mengerucut rapat, mata gelapnya berkilat dengan penuh emosi. Dia memaksakan senyumannya dan terlihat sedikit getir. "Dokter Raisa, sebenarnya ….""Oke, kita sudah sampai. Ayo, kita keluar dari mobil dan makan mi!" Akan tetapi, Steven tiba-tiba mengerem mobil, kemudian mengajak kami turun dari mobil.Aku berbalik, ternyata kami memang telah tiba di Rumah Makan Mi Dedalu.Steven jelas-jelas hanya ikut bergabung dengan kami, tetapi dia bersikap begitu antusias, seolah-olah dia yang mengajak makan bersama kali ini. Sepanjang makan, dia sibuk menyajikan lauk pauk, membumbui makananku dan melontarkan beberapa lelucon yang membuat aku tertawa terbahak-bahak, sampai aku hampir memuncratkan makanan dari mulutku.Namun, lelucon Steven tidak menghibur Rian. Malah, Rian tampak tidak senang. Rian terus mengeluh kalau lauk pauk yang dipesan ol
Read more