All Chapters of Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel: Chapter 461 - Chapter 470

Andi menggeleng cepat."Kami belum tahu, Tuan. Tapi video itu diambil dari balkon observasi. Identitas Dokter Davis tidak terungkap karena jarak dan masker bedah."Dr. Morel melanjutkan langkahnya dengan wajah yang semakin gelap. Ia tiba di depan pintu ruang operasi nomor tiga, tangannya terangkat hendak membuka pintu.Tapi sebelum tangannya menyentuh gagang pintu, suara gemuruh tiba-tiba terdengar dari dalam ruang operasi. Suara tepuk tangan yang sangat keras, bergema hingga ke koridor.Dr. Morel terdiam. Tangannya berhenti di udara.Lampu indikator di atas pintu yang tadinya merah berubah menjadi hijau. Operasi selesai.Pintu terbuka perlahan dari dalam. Peter keluar dengan langkah yang sangat tenang.Ia masih mengenakan baju bedah hijau muda yang sekarang sedikit basah oleh keringat. Masker bedah masih menutupi wajahnya, tapi mata yang terlihat di atas masker memancarkan ketenangan yang sangat dalam.Sarung tangan bedahnya terlumuri sedikit darah kering, bukti dari operasi yang bar

Profesor Voss menatap semua rekannya satu per satu. Wajah-wajah yang lelah, mata yang penuh kekhawatiran, postur tubuh yang menunjukkan beban yang sangat berat."Jadi kesimpulannya," katanya dengan nada yang sangat tenang namun penuh tekanan."Tidak ada seorang pun di ruangan ini yang berani membawa Tuan Otto Richter ke meja operasi. Bukan karena kita pengecut, tapi karena kita realistis tentang kemampuan dan keterbatasan kita."Tidak ada yang menjawab. Keheningan itu sendiri sudah menjadi jawaban yang sangat jelas.Dr. Marchand memejamkan mata sebentar, napasnya terdengar berat."Tapi kita tidak bisa hanya berkata kepada keluarga: maaf, ayah Anda terlalu tua untuk dioperasi, biarkan beliau menunggu kematian dengan perlahan," katanya dengan suara yang bergetar sedikit."Itu bukan jawaban yang bisa diterima oleh keluarga, dan juga bukan jawaban yang bisa kita terima sebagai dokter."Profesor Voss mengangguk pelan. Ia memasang kembali kacamatanya, lalu menatap ke arah jendela yang menun

Mata Profesor Voss menyipit, ekspresinya berubah menjadi sangat fokus."Anda yakin, Bu?" tanyanya dengan nada yang sangat hati-hati."Anda pernah bertemu langsung dengan beliau?"Ibu Sinta mengangguk dengan sangat cepat, tangannya menggenggam tas kecil dengan sangat erat."Anak saya... putri saya yang berusia sepuluh tahun mengalami kecelakaan parah beberapa hari lalu," katanya dengan suara yang mulai bergetar karena emosi."Kaki kanannya patah sangat parah, tulang menembus kulit, darah mengalir sangat deras. Para petugas ambulans di tempat kejadian mengatakan kemungkinan besar kakinya harus diamputasi."Ia berhenti sebentar, menarik napas dalam untuk menahan tangis."Tapi Dokter Davis datang. Beliau menghentikan perdarahan di tempat kejadian, menstabilkan tulang, lalu membawa anak saya ke rumah sakit ini. Beliau melakukan operasi yang sangat sulit... menyusun tulang yang patah dan menjahit saraf yang hampir putus."Air mata mulai mengalir lagi di pipinya."Dua jam, Tuan. Hanya dua ja

Mobil memelankan kecepatan, memasuki halaman Rumah Sakit Santa Helena yang sangat luas. Petugas keamanan mengangguk pada Profesor Voss, membuka portal otomatis untuk membiarkan mobil masuk.Lobi Santa Helena jauh lebih megah dibandingkan Saint Allegra. Lantai marmer berkilau, chandelier kristal tergantung di langit-langit, dan dinding kaca besar memberikan pemandangan taman yang sangat indah.Di sisi kanan lobi ada kapel kecil untuk keluarga pasien yang ingin berdoa. Di sisi kiri, deretan lift operasi dengan pintu stainless steel yang berkilau."Keluarga sudah menunggu di ruang konsultasi khusus," kata Profesor Voss sambil mengarahkan Peter menuju lift."Sebastian Richter, putra Tuan Otto, adalah orang yang sangat penting di kota ini. Tapi saat ini, ia hanya seorang anak yang ingin menyelamatkan ayahnya."Mereka naik lift ke lantai empat. Koridor di lantai itu sangat tenang, dengan karpet tebal yang meredam bunyi langkah kaki.Di ujung koridor, pintu kayu dengan plakat bertuliskan "Ru

"Di sana, dengan panduan gambar fluoroskopi yang sangat detail, kita akan memposisikan perangkat pengganti tepat di lokasi katup aorta yang rusak. Setelah posisi sempurna, kita buka perangkat itu agar bisa menggantikan fungsi katup yang sudah tidak bekerja dengan baik."Ia berhenti sebentar, menatap semua anggota tim."Tanpa membelah tulang dada. Tanpa menghentikan jantung sepenuhnya. Tanpa menempatkan tubuh pada mesin bypass yang akan sangat membebani sistem kardiovaskular yang sudah lemah."Dr. Weiss mengangkat tangan dengan gerakan yang sangat sopan."Tentang anestesi, Tuan Davis?" tanyanya dengan nada yang sangat hati-hati."Tubuh pasien sudah sangat lemah. Induksi anestesi umum yang terlalu dalam bisa menyebabkan penurunan tekanan darah yang fatal."Peter mengangguk dengan ekspresi yang sangat serius."Kita akan menggunakan anestesi lokal dengan sedasi ringan," jawabnya dengan nada yang sangat jelas."Pasien tetap dalam kondisi semi-sadar, tetapi tidak merasakan sakit. Kita jaga