Malam itu, Javier duduk di ruang kerja kecil apartemennya. Lampu meja menyala redup, sementara di hadapannya berserakan kertas berisi catatan, alamat, serta peta yang ia coret-coret sejak beberapa hari terakhir. Matanya merah, wajahnya kusut, tetapi tekadnya masih tetap menyala. Email dari Jenn terus terngiang-ngiang di kepalanya, bukti nyata bahwa istrinya masih hidup dan dalam keadaan baik-baik saja. Namun itu juga seperti pisau bermata dua, karena ia tidak tahu di mana Jenn berada sekarang. Dia sangat merindukan wanita itu. Ken masuk membawa secangkir kopi, meletakkannya di meja kerja. “Sepertinya, anda memang harus terus tenang, Tuan Javier. Saya sudah minta beberapa orang melacak lokasi email itu, tapi hasilnya nihil. Mereka sangat pintar menyembunyikan jejak.” Javier mengepalkan tangannya. “Selalu begitu. Setiap kali ada petunjuk, selalu buntu. Seolah ada tembok yang membatasi aku dengan Jenn. Aku bisa gila kalau begini terus.”
Last Updated : 2025-10-02 Read more