“Bastian, kau sungguh percaya padanya?” Jeni mendekat, senyum liciknya terselip di balik tatapan penuh rayu. “Kau mengenalku sejak kecil. Kita tumbuh bersama, sedangkan dia… siapa dia bagimu?”Nadya menunduk. Kata-kata itu menusuk seperti belati.“Cukup, Jeni,” suara Bastian datar. “Kalau kau benar, buktikan. Aku tak percaya tanpa bukti.”Jeni terkekeh, melangkah makin dekat lalu mencoba menyentuh lengan Bastian. Dengan cepat ia ditepis.“Aku punya buktinya,” katanya mantap, mata berkilat puas.“Kak…” suara Nadya pecah, air matanya jatuh. “Mengapa setega ini? Aku selalu menganggapmu kakakku sendiri…”Jeni hanya memutar bola mata, senyum sinis merekah.“Bastian, aku akan bawakan file itu. Dan saat kau membacanya, kau akan sadar wanita ini cuma penipu yang ingin merebutmu dariku.”“Tuan!” Nadya mengguncang lengan Bastian, putus asa. “Percayalah padaku, sekali ini saja…”Bastian terdiam, wajahnya kaku. Dalam hati ia bimbang. Nadya baru dikenalnya, sedangkan Jeni… ia tumbuh bersamanya.Ti
Terakhir Diperbarui : 2025-06-25 Baca selengkapnya