Malam itu, Di dalam rumah, Kamila berdiri di dapur, menggenggam gelas teh yang sudah lama dingin. Suara detak jam dinding terdengar begitu jelas di antara keheningan — satu-satunya tanda waktu masih bergerak.Arsen dan Paul sudah berangkat sejak pagi. Mereka pergi ke perusahaan untuk mengurus beberapa dokumen penting, katanya hanya akan sebentar. Tapi jam terus berputar, dan matahari yang sebentar tadi muncul kini kembali bersembunyi di balik awan tebal.Bibik, satu-satunya yang menemani Kamila, sedang menyiapkan makan malam. Sesekali perempuan tua itu melirik ke arah jendela, lalu kembali sibuk dengan sayuran di tangannya. Beberapa penjaga memang ada juga di depan sana. Tapi, entah mengapa suara mereka tiba-tiba senyap tidak terdengar seperti biasanya. “Udara makin dingin, Nona,” katanya pelan. “Kalau mau, saya ambilkan selimut.”Kamila menggeleng, matanya tak lepas dari jendela. “Nggak apa-apa, Bik. Aku cuma… pengin lihat hutan.”Kabut di luar begitu pekat, seolah menelan pepohon
Last Updated : 2025-10-29 Read more