Semua Bab Nyonya Ketiga Keluarga Moonstone: Bab 41 - Bab 50

“Kalau begitu aku ikut saja kesana.” “Tidak! Kandunganmu begitu lemah. Tapi kau masih ingin aku membawamu pergi? jangan mimpi,” ujar Glen. Ashley pun mempoutkan bibirnya kesal. “Setelah janinku bertumbuh kembang, apa kau akan membawaku keluar negeri?” “Kau ingin kemana?” tanya Glen. “Ke Cina!” “Aneh sekali. Biasanya para Wanita akan meminta ke Korea. Tapi kau malah ingin ke Cina,” ucap Glen. “Ke Cina dulu lalu ke Korea, hehehe,” kekeh Ashley. 2 Hari kemudian. “Siapa mereka?” tanya Ashley pada Glen saat melihat 2 orang tengah berada di makam mendiang Ayahnya. Ashley pun langsung berjalan mendekat. “Selingkuhan Ayah,” batin Ashley. Kedua orang itu pun langsung menoleh dan terkejut saat Ashley sudah berdiri dihadapan mereka sembari menatap mereka dengan tatapan tajam. Wanita setengah paruh baya itu beserta anak laki-lakinya langsung beranjak dan pergi meninggalkan makam dengan terburu-buru. “Tunggu!” seru Ashley. Keduanya pun berhenti dan berbalik badan. “Apa

“Aku harus melupakan Courtney,” batin Glen. *** “Bosan sekali,” gumam Ashley sembari menyisir rambut panjangnya itu didepan cermin. Gadis itu kemudian beranjak dan meninggalkan kamarnya lalu menuju ruang makan. “Bagaimana kondisi Tuan?” tanya Alfredo. Ashley yang tak sengaja mendengar percakapan Asistennya itu pun langsung menghentikan langkahnya. “Dia baik saja. Hanya saja mungkin dia masih tidak bisa melupakan mendiang Nyonya Courtney,” balas Henry. “Apa itu alasan Tuan pergi menemui Dokter Spancer?” “Dokter Spancer?” gumam Ashley. Ashley pun mengetahui bahwa Dokter Spancer adalah Psikiater terkenal di Kotanya. “Hah, kasihan sekali Nona Ashley,” bisik Henry sembari menghela nafasnya. “Shut. Jangan sampai Nona tau. Aku tidak mau dia sedih karena mengetahui hal ini,” ujar Alfredo. “Aku tidak boleh tahu soal apa?” Sahut Ashley yang tiba-tiba muncul dari balik dinding. “N-nona,” sapa Henry dan Alfredo kemudian langsung menundukkan kepalanya sebagai tanda hor

“Tidak. Aku hanya menjenguk rekan kerja. Tidak ada yang salah dengan itu kan?”“Maaf menyela Tuan. Harap untuk tetap tenang. Takut istirahat Nona terganggu,” ucap Alfredo membuka suara guna melerai kedua Pria yang adu mulut sejak tadi.Keduanya pun terdiam. Seketika suasana menjadi hening. Hanya suara oksigen serta jarum jam yang terdengar. “Aku sudah membeli saham Athena. Jadi aku harap kalian tidak mengecewakanku,” ujar George.“Tentu saja. Aku akan membangkitkan Athena dalam waktu kurang dari 2 bulan,” balas Glen.Kedua Pria itu pun mulai membahas persoalan bisnis. Alfredo, Henry serta Louis yang melihat Atasan mereka akur pun langsung menghela nafasnya lega.Beberapa jam kemudian.“Eungh,” lenguh Ashley yang mulai tersadar dari tidurnya.Ia mulai membuka matanya perlahan. Glen dan George yang melihat itu langsung mendekat ke sisi ranjang Ashley guna melihat kondisi Gadis itu.“Kau sudah bangun?” tanya Glen.Ashley yang masih setengah sadar pun hanya mengedipkan matanya dan menc

“Kita bicara diluar!” Alfredo pun mulai mendorong kursi roda Ashley kearah luar ruangan dan berhenti dikoridor yang cukup sepi. Ashley kemudian meminta Alfredo untuk meninggalkan mereka. “Cepat katakan. Apa tujuanmu kesini?” tanya Ashley. “Sudah kukatakan bukan? Aku hanya menghadiri acara ini. Tidak lebih,” ujar Zike dengan seringai tajamnya. “Jangan takut. Aku ini Kakakmu,” ucap Zike. “Cih. Mimpi saja. Kau bahkan tidak punya rasa bersalah denganku,” ketus Ashley. “Siapa bilang aku tidak memiliki rasa bersalah? Selama ini aku menghukum diriku sendiri dan bersembunyi karena aku tidak berani muncul dihadapanmu. Aku sangat tidak tega melihatmu seperti ini,” ujar Zike. “Masalah kedua orang tua kita biarlah menjadi urusan mereka. Tapi kita, kita akan tetap menjadi Saudara. Kau adalah adikku. Aku akan melindungimu,” lanjut Zike. Hati Ashley terasa sangat perih. Ia benar-benar tak sanggup mendengar perkataan yang keluar dari mulut Pria dihadapannya itu. Ia membayangkan perasa

Sore itu, sebuah pesawat jet pribadi dengan lambang gamesa sudah mendarat dengan sempurna disalah satu landasan pacu bandara yang cukup sibuk. Tak berselang lama, pesawat itu terpakir sempurna. Pramugari dan beberapa kru pesawat langsung membuka pintu pesawat. “Apa langsung menemui Nona Ashley, Tuan?” tanya Julian pada Zike. “Ya,” jawab Zike singkat sembari menuruni tangga dan berjalan menuju mobil yang sudah siap menjemputnya. “Baik Tuan. Saya akan menghubungi Asisten Nona terlebih dahulu,” ucap Julian. Disisi lain, Ashley tengah menjamu para tamu yang hadir di Mansion. Ia juga tengah berbincang dengan beberapa sepupu Glen yang berasal dari luar negeri. “Nona. Tuan Zike ingin bertemu denganmu,” bisik Alfredo. Ashley mengangguk. Ia kemudian berpamitan pada Sepupu Glen dan menghampiri Glen yang sedang sibuk bekerja disudut ruangan. “Tuan. Aku ingin bicara sebentar,” ucap Ashley. Glen pun mengangguk dan menyingkirkan Laptop yang berada dipangkuannya. “Kemari,” ucap Glen s