"Dek, hari ini, Mas antar ke pondok, ya?” Bagas membuka suara saat sarapan pagi berlangsung. Denting sendok yang sedari tadi memenuhi jarak, kini mulai tersingkap.“Loh, ada apa lagi, Mas?” Nilna terperanjat. Ia lekas menelan makanan yang hampir tercekat di tenggorokan, dan meminum beberapa teguk air.“Ini, waktunya Adek ngajar anak-anak Jurumiyah lagi.” Bagas mengingatkan. Sendok yang kembali berdenting ikut terjeda. Nilna menghela napas berat. Bukan tak mau mengajar, tapi langkahnya terasa berat jika mengingat sesuatu.‘Ya Allah, semoga aku nggak ketemu Ilham lagi hari ini,’ pintanya dalam hati.“Oh, hari ini, ya?” Nilna menimpali, meski ia sudah tahu. Wanita itu meremas sudut bajunya, seolah tak ingin hari itu tiba.“Iya. Ini, kan, hari Ahad. Pas kita lagi libur kuliah dan kantor.” Bagas masih terlihat tenang. Ia menjawab tanpa menoleh, dan tetap melanjutkan kegiatan sarapan pagi ini.‘Mas Bagas kelihatan lempeng aja. Dia emang lupa, apa udah nggak peduli, ya, soal ketakutan aku t
Last Updated : 2025-07-31 Read more