Beranda / Romansa / Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i / Bab 38. Tenang yang Berisik

Share

Bab 38. Tenang yang Berisik

Penulis: Dwi Maula
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-31 16:18:46

"Dek, hari ini, Mas antar ke pondok, ya?” Bagas membuka suara saat sarapan pagi berlangsung. Denting sendok yang sedari tadi memenuhi jarak, kini mulai tersingkap.

“Loh, ada apa lagi, Mas?” Nilna terperanjat. Ia lekas menelan makanan yang hampir tercekat di tenggorokan, dan meminum beberapa teguk air.

“Ini, waktunya Adek ngajar anak-anak Jurumiyah lagi.” Bagas mengingatkan. Sendok yang kembali berdenting ikut terjeda.

Nilna menghela napas berat. Bukan tak mau mengajar, tapi langkahnya terasa berat jika mengingat sesuatu.

‘Ya Allah, semoga aku nggak ketemu Ilham lagi hari ini,’ pintanya dalam hati.

“Oh, hari ini, ya?” Nilna menimpali, meski ia sudah tahu. Wanita itu meremas sudut bajunya, seolah tak ingin hari itu tiba.

“Iya. Ini, kan, hari Ahad. Pas kita lagi libur kuliah dan kantor.” Bagas masih terlihat tenang. Ia menjawab tanpa menoleh, dan tetap melanjutkan kegiatan sarapan pagi ini.

‘Mas Bagas kelihatan lempeng aja. Dia emang lupa, apa udah nggak peduli, ya, soal ketakutan aku t
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 39. Tenang di Tengah Tatapan

    "Dek, boleh malam ini, kita tidur sekamar?” Bagas kembali membuka suara, di sela waktu istirahat di malam hari.Deg.‘Apa maksud Mas Bagas?’ Nilna bertanya-tanya. Ia spontan menjeda aktivitas menelaah isi kitabnya.Malam perlahan menua, menyisakan senyap yang menyembul di antara mereka. Detak jam tua terdengar semakin jelas, menandakan aktivitas manusia berangsur usai.“Boleh, Mas.” Jawaban itu akhirnya meluncur dari mulut kecil Nilna yang terasa berat. Wanita itu menatap jemarinya yang sempat menggigil dan tidak kuasa untuk sekadar menegakkan tubuh. Namun, kehangatan itu ia dapat kembali secara perlahan.Ia bahkan belum sepenuhnya tahu apa maksud dari tidur sekamar untuk saat ini. Namun, ada sedikit keberanian yang perlahan pulih, dan mencoba untuk percaya.“Tenang, Dek. Mas cuma kangen sama Adek. Kangen tidur sekamar. Insya Allah, Mas nggak akan mengawali sebelum Adek bilang siap.” Bagas memaparkan penjelasan di antara degup jantung Nilna yang sangat cepat.Pria itu seperti bisa mem

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 38. Tenang yang Berisik

    "Dek, hari ini, Mas antar ke pondok, ya?” Bagas membuka suara saat sarapan pagi berlangsung. Denting sendok yang sedari tadi memenuhi jarak, kini mulai tersingkap.“Loh, ada apa lagi, Mas?” Nilna terperanjat. Ia lekas menelan makanan yang hampir tercekat di tenggorokan, dan meminum beberapa teguk air.“Ini, waktunya Adek ngajar anak-anak Jurumiyah lagi.” Bagas mengingatkan. Sendok yang kembali berdenting ikut terjeda. Nilna menghela napas berat. Bukan tak mau mengajar, tapi langkahnya terasa berat jika mengingat sesuatu.‘Ya Allah, semoga aku nggak ketemu Ilham lagi hari ini,’ pintanya dalam hati.“Oh, hari ini, ya?” Nilna menimpali, meski ia sudah tahu. Wanita itu meremas sudut bajunya, seolah tak ingin hari itu tiba.“Iya. Ini, kan, hari Ahad. Pas kita lagi libur kuliah dan kantor.” Bagas masih terlihat tenang. Ia menjawab tanpa menoleh, dan tetap melanjutkan kegiatan sarapan pagi ini.‘Mas Bagas kelihatan lempeng aja. Dia emang lupa, apa udah nggak peduli, ya, soal ketakutan aku t

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 37. Belajar Bersama di Antara Kitab

    "Mas .... Kok, nggak panggil aku salat?” Suara lembut itu meluncur sempurna dari mulut Nilna, di ambang pintu. Badannya menyembul tiba-tiba dari pintu kamar yang sedikit terbuka. Bagas tersentak kecil, dan buru-buru menoleh ke sumber suara. “Dek, udah di sini?” tanya lelaki itu, sedikit kaget. Buliran air wudhu masih memenuhi wajahnya. Lengan baju pun masih tergulung sampai siku. Jelas saja, ia baru bersiap untuk salat.Nilna melangkah ragu, mendekati suaminya yang berdiri canggung. “Tadi aku nunggu Mas manggil. Eh, nggak ada panggilan juga. Jadi, aku nyamperin Mas aja,” jelas Nilna, jujur. Jemari kecil itu meremas mukena putih yang membalut tubuhnya, menandakan kegugupan yang sulit disembunyikan.Bagas menghela napas lega. Pikiran tak karuan yang mengganggunya ternyata tidaklah benar. Ia terhenti sejenak. Ada sesak yang berangsur menguap dari dada bidangnya.“Mas kira, Adek masih takut.” Pandangan Bagas turun, menatap balutan mukena yang hanya memperlihatkan telapak kaki kecil istr

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 36. Takut Diimami

    "Na, masih nunggu Mas Bagas?” Wajah Dafa menyembul dari arah belakang. Membuat Nilna terkesiap dan spontan mengangkat wajah.“Iya.” Nilna menjawab sekenanya. Ia kembali menunduk dan menyibukkan diri dengan menggulir layar ponsel.“Boleh aku duduk di sini?” tanya Dafa hati-hati, menunjuk kursi yang cukup berjarak.“Ini tempat umum, Kak. Nggak usah izin aku.” Suara Nilna terdengar datar, dengan wajah yang masih tenggelam di balik layar ponsel.Dafa menghela napas kasar, lalu duduk perlahan. “Pasti Mas Bagas bangga banget, Na, sama kamu. Istri remajanya udah berhasil naklukin panggung.” Lelaki 20 tahun itu tersenyum hambar, menatap lurus ke depan dengan pandangan menerawang.Nilna meremas ponsel dalam genggaman, lalu melirik lawan bicaranya sekilas. “Itu kuasa Allah. Bahkan aku nggak nyangka bisa melewatinya.”Hening mengambil alih suasana di antara mereka. Hanya suara langkah kaki dan kendaraan dari mahasiswa yang mengisi jarak. “Bisa nggak, sih, kamu nggak ngajak aku ngobrol?” Nilna a

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 35. Panggung Nilna

    "Kamu lihat, kan, auditorium itu?” Pak Affan tengah berdiri di samping Nilna, tepat sebelum naik tangga, menunjuk beberapa orang yang berderet rapi. Dosen pembimbing itu memberi sokongan dari hati yang paling dalam. “Di sana, duduk orang-orang hebat, yang kadang meragukan kemampuan kita,” lanjut dosen Bahasa Arab itu, dalam. Ia berdiri tegap dengan balutan almamater kebanggaan unversitasnya.“Tapi itu bukan masalah, tugas kita sekarang adalah menunjukkan hal yang terbaik dari kita,” pungkasnya, dengan senyum mengembang. “Iya, Pak. Bismillah,” ucap Nilna, teguh. Hingga akhirnya, Nilna benar-benar berdiri sendiri di atas panggung.“Assalamualaikum warahmatullah wabarakaatuh ....” Ucapan salam itu meluncur tanpa hambatan dari mulut kecil Nilna. Suaranya tenang, tapi menghasilkan getaran yang menarik ratusan orang mengangkat wajah dan fokus ke sumber suara. Mahasiswi itu berdiri tegak, meski ada gugup dan keraguan yang menumpu pada punggungnya.“Waalaikumussalam warahmatullah wabarakaa

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 34. Membuka Halaman Baru

    “Mas, kenapa, ya .... Semakin aku berusaha keras, semakin keras juga ujian yang datang.” Suara Nilna terdengar serak, dan sangat pelan. Seakan usai berlari di medan yang terjal.Netra perempuan itu memanas. Sebutir air mata masih bersembunyi di balik pelupuknya. Ia menatap lurus ke depan, dengan pandangan menerawang. Kakinya tertekuk, dengan kabut gelap yang sejak siang enggan untuk melunak.Bagas mengangkat wajah, menjeda jemarinya yang sedari tadi lincah menari di keyboard laptop.“Mas juga merasa begitu, Dek.” Bagas menoleh, memandangi istri kecilnya yang terduduk di ujung ranjang.“Tapi, Allah selalu menyiapkan kejutan yang indah di balik itu semua.” Pria itu memilih bangkit, dan mendekati istrinya. Menggenggam tangan kecil itu tanpa ragu, lama. Sisa hujan di siang hari masih membekas di heningnya malam. Meninggalkan aroma tanah dan daun kering yang khas karena digelayuti butiran air.Nilna tersenyum tipis, menatap wajah suaminya yang kini tidak berjarak. “Mas nggak capek?” samb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status