Semua Bab Aku di Antara Kalian: Bab 81 - Bab 90

Saat itulah Narendra turun dari tangga. Sudah berpakaian rapi. Hem warna coklat dan celana hitam. Dia hendak ke Garasi karena ayah dan adiknya tidak di rumah."Ibu, mau ke mana pagi-pagi?" Ia menghampiri Bu Puri."Mau ke rumah Kiara. Kata Manggala tadi, Arsha sakit.""Sakit apa?" Narendra mengernyit. Sebab waktu bertemu kemarin, Arsha tampak sehat-sehat saja. "Sakit biasa. Hanya batuk pilek. Anak kecil memang rentan sakit, Ren.""Biar kuantar, Bu," kata Narendra tampak ragu. Ia yakin tidak bakalan diizinkan. Tapi memaksa tetap bicara. Bu Puri segera menoleh. Wajahnya berubah khawatir. "Jangan, Nak. Nggak enak. Manggala kan nggak di rumah.""Hmm, ya. Lalu Ibu ke sana di antar siapa?""Di antar sama Mbak." Bu Puri menoleh pada si mbak yang sudah siap di belakangnya."Kalau gitu aku ke Garasi dulu.""Iya. Nanti jangan lupa telepon ayahmu."Narendra mengangguk lalu keluar rumah. Bu Puri masih termangu di depan meja. Menurutnya mereka bertiga memang harus bertemu, diajak bicara baik-baik

AKU DI ANTARA KALIAN- Dengarkan Aku Setelah mengelap tangan dan wajahnya yang basah menggunakan handuk, Narendra melangkah ke ruang tamu. Dia memperhatikan seorang perempuan yang duduk sambil memangku tas tangan. Di lantai dekat kakinya ada mini travel bag warna abu-abu. Narendra heran, tapi wanita itu terkejut melihatnya. Wajahnya benar-benar mirip Manggala."Mbak, ingin bertemu siapa?" Narendra duduk di seberang wanita itu."Kenalkan, Mas. Nama saya Nada. Saya ingin bertemu Mas Manggala." Nada memandang serius pada Narendra. Dia baru melihat wajah kakak dari lelaki yang sangat dicintainya. Jadi Narendra sudah pulang?Apa dia sudah tahu kalau Kiara melahirkan anaknya dan Manggala yang harus bertanggungjawab?"Manggala sudah tinggal di rumah sendiri, Mbak. Tapi dia sekarang sedang keluar kota. Mbak, ini siapa? Temannya Gala?"Tubuh Nada mendadak gemetar. Tangannya berkeringat karena cemas. Padahal saat memutuskan untuk datang ke Kediri dengan alasan mengantarkan barang Manggala yan

"Setelah aku pulang dari Semarang, kita bawa dia periksa ke dokter spesialis anak. Akhir-akhir ini Arsha sering sakit, kan?""Nggak usah, Mas. Anak kecil meriang itu sudah biasa."Hening lagi. Kiara bisa mendengar Manggala yang menghela napas berat. Seberat perasaannya. Baru kali ini dia merasakan takut sekali kehilangan. Dulu dia memang mencintai Nada, tapi tidak ada rasa seperti ini. Sekarang dengan Kiara terasa berbeda. Padahal dia pernah merasa kesal, marah, kecewa pada Kiara yang membuat Manggala harus menikahinya.Namun sekarang dia benar-benar tidak ingin melepaskan wanita itu. Takut kehilangan, padahal Kiara hanya diam dan tak pernah melakukan apapun yang mengkhawatirkan."Ki, aku takut kehilanganmu dan Arsha." Perkataan tiba-tiba dari Manggala membuat Kiara terkesiap. Jantungnya berdetak cepat. Kemudian Kiara tertawa lirih."Kenapa kamu tertawa? Apa kata-kataku terdengar lucu?""Apa yang kamu takutkan, Mas. Aku tinggal di rumah ini karena kamu. Aku melahirkan Arsha dan Mas me

"Maafkan aku. Seharusnya aku tidak datang untuk meminta pertanggungjawaban pada keluargamu. Sebab itu sudah menjadi resikoku sendiri. Sayangnya aku menyadari hal ini baru sekarang. Kalau saat itu aku sudah sadar, tentu Mas Gala nggak akan jadi korban. Urusan kita sudah selesai, Mas." Selesai bicara, Kiara kembali ke motornya. Dia menuntun motor itu ke arah jalan pulang.Narendra masih mematung dengan hati yang remuk redam setelah mendengar ucapan Kiara baru saja. Sama sekali tidak bisa menjawab perkataan wanita itu. Kemudian ia mengambil ponsel di saku celana untuk menghubungi seorang mekanik di Garasi, supaya datang untuk menolong Kiara. Sebab kalau dirinya memaksa membantu, Kiara tidak akan mau.Bersamaan dengan itu, hujan turun dengan derasnya. Sederas air mata Kiara yang tumpah tanpa bisa ditahan. Dia tidak tahu sudah seperti apa bentuk hatinya. Sudah hancur lebur sekarang ini. Tubuhnya terasa begitu lemas. Ingin menangis, mengadu, menceritakan semua bebannya, tapi pada siapa. Di

AKU DI ANTARA KALIAN - Karena Aku Mencintaimu"Untuk bis patas eksekutif sudah berangkat setengah jam yang lalu, Pak. Kalau menunggu bis selanjutnya jam sembilan nanti. Ada bis yang berangkat sewaktu-waktu, tapi kelas ekonomi. Untuk informasi bis patas yang lain, Bapak harus mencari informasi di terminal." Resepsionis hotel bicara sambil serius memperhatikan layar komputer.Sedangkan Manggala sendiri sibuk dengan aplikasi di ponselnya. Dia tidak bisa membuang waktu dengan mencari tahu di terminal. "Makasih, Mbak. Tolong carikan info untuk keberangkatan kereta api atau pesawat.""Siap. Bentar, Pak."Kepala Manggala berdenyut-denyut rasanya. Untuk itu tak bisa konsentrasi mencari tiket sendiri. Naik pesawat memang cepat, hanya sejam saja untuk sampai ke Juanda. Tapi perjalanan dari Juanda ke Kediri juga butuh waktu beberapa jam. Surabaya-Kertosono ada tol, tapi Kertosono-Kediri tidak ada. "KA untuk Brawijaya Eksekutif adanya jam 20.30, Pak. Bagaimana?"Masih lama juga menunggu. Mangga