Bella kembali ke lantai delapan. Bau pengkilap lantai dan deterjen langsung menyergap indranya. Ia melepas penat sejenak, menatap seragam office girl-nya. Pintu ganda kayu mahoni, sofa mahal, dan janji lima kali lipat gajinya terasa seperti mimpi aneh yang baru saja ia alami, namun kesepakatan itu nyata—uang itu nyata."Bel, kamu dari mana saja? Tadi Bu Rima nyariin kamu," sapa Tari, rekan kerjanya, sambil menyeka keringat di dahinya."Oh, itu. Tadi aku ke kantin bentar, laper." Jawab Bella asal, berusaha terdengar santai sambil mengambil lap kain. "Aku ganti baju dulu, sebentar lagi jam pulang.""Oke, sampai besok Bella." Tari pun melanjutkan pekerjaannya.Sisa jam kerjanya terasa lambat. Pikirannya melayang-layang antara angka besar yang dijanjikan Ethan serta status sosial yang harus ia gunakan lagi: Violla Isabella. Tepat pukul lima sore, setelah memastikan semua area kerjanya bersih, Bella bergegas menuju loker, mengambil tas selempangnya, dan meninggalkan gedung Dirgantara Grou
Last Updated : 2025-12-03 Read more